Selain MicroStrategy dan Square yang baru-baru ini mengumumkan pembelian Bitcoin sebagai bentuk investasinya, ada sejumlah perusahaan publik lain yang sebelumnya melakukan hal serupa. Apa saja?
Pada Agustus dan September 2020, perusahaan publik yang bergerak di bidang teknologi informasi asal AS, yakni MicroStrategy mengumumkan berinvestasi Bitcoin.
Perusahaan pimpinan Michael Saylor itu membeli Bitcoin senilai Rp3,6 triliun pada 11 Agustus 2020. Lalu pada 14 September 2020, sebanyak 6.796 BTC (setara Rp2,7 triliun).
Lalu ada Square yang dipimpin oleh Jack Dorsey sang Pendiri Twitter membeli 4.709 BTC senilai US$50 juta, pada 7 Oktober 2020. Kabar itu baru diumumkan 8 Oktober 2020.
Kendati adopsi Bitcoin oleh kalangan institusi masih kecil, namun sejumlah perusahaan publik (terdaftar sebagai emiten di bursa saham di AS) memilih mengumpulkan Bitcoin sebanyak-banyaknya.
Berdasarkan data dari Bitcointreasuries.org, Grayscale Bitcoin Trust adalah perusahaan yang terbanyak memiliki Bitcoin yakni 449.596 BTC. Bitcoin sebanyak itu setara dengan 2,14 persen dari Bitcoin yang beredar saat ini.
Sedangkan MicroStrategy hanya memiliki porsi 0,182 persen dengan total Bitcoin 38.250 BTC. Sementara itu, Square baru merasa perlu memiliki 4.709 BTC, yang setara dengan 0,022 persen dari total sirkulasi.
Dengan Bitcoin sebanyak itu, Square praktis mengalahkan posisi HUT 8 MINING CORP, yang hanya memiliki 2.954 BTC.
Berdasarkan data terbaru dari Universitas Cambridge, pengguna Bitcoin secara global mencapai 101 juta. Angka itu naik 189 persen berbanding tahun 2018, yakni 35 juta “unique users”. Pengguna dari kalangan institusi masih kecil.
Universitas Cambridge: Pengguna Bitcoin Cs Global Mencapai 101 Juta
Namun, banyak pihak berpendapat adopsi Bitcoin oleh kalangan institusi akan bertambah, setidaknya dalam 5 tahun ke depan, seiring meningkatkan kesadaran unggulnya Bitcoin dibandingkan aset lainnya, seperti emas dan saham. [red]