Ada sejumlah penyebab harga Bitcoin berpotensi berotot menguji level US$32.500 (setara Rp482,7 juta) pada pekan ini, setelah sukses mencapai US$30 ribu untuk kali pertama sejak Juni 2022. Salah satu yang mencolok adalah dolar AS yang melemah akibat banyak negara serukan membatasi memakai greenback itu.
Untuk pertama kalinya sejak 10 Juni 2022, Bitcoin berhasil melampaui level penting US$30.000 pada Selasa (11/4/2023) sebagai kelanjutan reli yang berlangsung sejak awal 2023 dengan pertumbuhan return lebih dari 80 persen.
Ada beragam faktor positif yang turut berkontribusi pada harga tertinggi Bitcoin pada tahun 2023 itu dan pada pekan ini secara teknikal menguji US$32.500, yakni karena beberapa negara yang mencari alternatif pengganti dolar AS serta rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk Maret pada Rabu (12/4/2023).
Salah satu penyebab harga Bitcoin naik dan diikuti di pasar crypto secara umum mulai melonjak pada Januari 2023, adalah seiring tingkat inflasi AS yang mulai turun sejak akhir 2022. Penurunan inflasi ini menumbuhkan harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar oleh Federal Reserve pada tahun 2023.
Itu diikuti kenaikan suku bunga yang lebih kecil, yakni 50 basis points (bps) lalu yang terbaru adalah hanya 25 bps, setelah 4 kali berturut-turut sebesar 75 bps sejak Maret 2022.
Penyebab harga Bitcoin lainnya mengalami kebangkitan baru pada akhir Maret 2023, karena krisis likuiditas yang mempengaruhi Silicon Valley Bank dan Signature Bank di Amerika Serikat, yang mendorong investor untuk mengalihkan aset mereka ke investasi alternatif seperti Bitcoin. Di saat yang sama, neraca keuangan The Fed melonjak hanya dalam sepekan, sebagai tanda meningkatnya likuiditas dolar.
Bahkan Baru-baru ini, negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan) tengah mempertimbangkan alternatif pengganti dolar AS sebagai alat transaksi. Rencana lebih lanjut tentang mata uang baru ini akan dibahas pada KTT BRICS pada Agustus 2023.
Pergeseran dari dolar AS oleh aliansi BRICS akan memengaruhi posisi mata uang ini di pasar internasional, yang mengakibatkan penurunan permintaan dan nilai dalam perdagangan global.
Saat ini, kelima negara BRICS menyumbang 31,5 persen dari total PDB dunia. Angka ini lebih tinggi daripada negara-negara G7, yang menyumbang 30,7 persen dari total PDB dunia.
Penyebab Harga Bitcoin Naik, Karena Dolar Melemah
“Penurunan nilai Dolar AS akan mempengaruhi harga aset kripto, terutama Bitcoin yang memiliki korelasi yang kuat. Ketika dolar AS menguat, harga Bitcoin umumnya turun, dan ketika nilai dolar AS menurun, harga Bitcoin cenderung menguat,” kata Panji Yudha, Pakar Keuangan Kripto Ajaib kepada Blockchainmedia.id, Selasa (11/4/2023).
Panji berpendapat bahwa setelah melampaui US$30.000, sasaran harga resistensi terdekat Bitcoin adalah US$30.700 untuk hari berikutnya, Kamis (12/4/2023).
Selama sepekan berikutnya hingga Minggu (16/4/2023), Bitcoin diperkirakan akan menguji kisaran harga US$32.500 untuk menjaga momentum bullish.
Tambah Panji lagi, berdasarkan time frame harian, BTC berhasil keluar dari pola segitiga simetris dan berpotensi mencapai US$30.700. Indikator Stochastic sedang naik, dan batang histogram MACD menunjukkan momentum bearish yang terbatas.
“Support saat ini berada di kisaran US$29.175, dengan resistensi sekitar US$30.700,” imbuh Panji.
Menguji US$32.500
Sedangkan pada time frame mingguan, BTC berpotensi menguji resistensi dinamis, MA-100 yang berada di kisaran US$32.500.
“Hal ini didukung oleh gerakan BTC yang telah keluar dari neckline dari pola inverse head and shoulder. Selain itu, ada indikasi golden cross dengan MA-20 yang memotong di atas garis MA-50. Indikator Stochastic berada dalam zona overbought dan batang histogram MACD menunjukkan momentum bullish. [ps]