Inilah Akademi Blockchain Pertama di Bahrain

Institut Perbankan dan Keuangan Bahrain (BIBF) meluncurkan, apa yang diklaim sebagai akademi blockchain pertama di negara tersebut, menurut pengumuman yang dirilis Senin (26/11), seperti yang dilansir dari Cointelegraph.

BIBF adalah badan yang didirikan Kerajaan Bahrain pada tahun 1981 atas persetujuan Dewan Khusus untuk Pelatihan Ketrampilan. Institut ini merupakan lembaga nirlaba tidak terdaftar yang menyediakan pelatihan di sektor keuangan.

Akademi Blockchain tersebut adalah program kualifikasi profesional blockchain pertama di Bahrain. Program pelatihan ini berlangsung selama lima hari mulai 6 Januari 2019, dan dikembangkan oleh BIBF bersama MyLearning Key, perusahaan pelatihan berbasis di Dubai. Peserta pelatihan dipersiapkan untuk meraih kualifikasi internasional Certified Blockchain Professional (C|BP),

Sertifikasi C|BP terdiri dari tiga area kompetensi di teknologi blockchain, yaitu pengembangan, penerapan dan strategi. Selama program berlangsung, para peserta akan belajar berbagai konsep penerapan blockchain dan juga mendapat panduan untuk pengembangan blockchain yang berkelanjutan dengan menggunakan quantum resistant ledger.

Selain program akademi blockchain, BIBF juga akan menggelar rangkaian masterclass yang berguna untuk profesional IT serta profesional bisnis dari berbagai tingkat. Tujuan kelas ini adalah agar peserta mendapat pengetahuan tentang potensi penerapan teknologi blockchain bagi organisasi mereka masing-masing.

Direktur BIBF Dr Ahmed Al Shaikh berkata organisasinya mengenalkan program Kualifikasi Profesional Blockchain demi mendukung permintaan yang semakin meningkat terhadap profesional blockchain yang bermutu.

Ahmed Naeemi, Kepala IT, Operasional dan Manajemen Proyek BIBF, berkata inisiatif baru tersebut bertujuan membantu kelompok bisnis dan organisasi mengadopsi teknologi baru seperti blockchain.

Bahrain memang sedang meningkatkan usahanya di industri blockchain. Pada September 2018, Pemerintah Bahrain menekankan pentingnya teknologi blockchain bagi ekonomi negara tersebut. Abdulhussain Mirza, Menteri Urusan Listrik dan Air Bahrain, berkata teknologi seperti blockchain membawa Bahrain melangkah maju demi menemukan cara yang aman untuk bertransaksi.

“Kemampuan blockchain melindungi data pengguna adalah kemajuan luar biasa, terutama mengingat teknologi ini bisa diterapkan perusahaan dari beragam industri, termasuk keamanan siber,” tambah Mirza.

Sebelumnya, Bahrain termasuk “pendiam” soal sikapnya terhadap blockchain dan kripto, sehingga komentar Mirza tersebut merupakan kejadian langka di ekosistem blockchain Bahrain.

Bahrain bukan satu-satunya negara yang memiliki program pendidikan blockchain. Cointelegraph melaporkan pada Jumat (23/11), bahwa perusahaan blockchain multisektoral Bitfury bekerjasama dengan Universitas Ekonomi Plekhanov Rusia untuk mendirikan akselerator bagi proyek-proyek blockchain. Selain membantu mengembangkan proyek blockchain, universitas tersebut akan menyediakan program pendidikan yang bertujuan melatih spesialis yang mampu membangun proyek inovatif menggunakan teknologi digital dalam waktu yang singkat.

Selain Rusia, Universitas Tokyo juga akan meluncurkan kursus blockchain menyusul sumbangan sebesar US$800 ribu dari beragam perusahaan, termasuk raksasa perbankan Jepang Sumitomo Mitsui dan Ethereum Foundation. Kursus ini fokus mengembangkan solusi desentralistik, penerapan sosialnya serta sumber daya manusia. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait