Ekonomi AS melemah dua kuartal berturut-turut. Hal tersebut menandakan resesi menurut pengetahuan umum, tetapi pemerintah AS tidak mengakui resesi secara resmi.
Para ekonom AS melihat beragam tanda, termasuk tingkat pengangguran, tingkat penghasilan dan tingkat belanja rumah tangga. Tingkat pengangguran saat ini masih berada di angka 3,6 persen, terendah selama 54 tahun terakhir.
Kepala ekonom PNC Financial Services Gus Faucher berkata AS tidak berada di dalam resesi.
“Pertumbuhan lapangan kerja menguat 375 ribu selama tiga bulan terakhir, bisnis-bisnis terus berinvestasi dan tingkat belanja rumah tangga meningkat,” jelas Faucher, dikutip dari MarketWatch.
Tanda Resesi AS
PDB AS berkurang 1,6 persen secara tahunan akibat impor yang meningkat dan defisit dagang yang tinggi. Pada kuartal kedua, jumlah inventori yang disimpan bisnis-bisnis berkurang sehingga PDB berkurang 0,9 persen.
Di sisi lain, tingkat belanja rumah tangga meningkat 1,8 persen secara tahunan di kuartal pertama dan 1 persen di kuartal kedua. Pembelanjaan tersebut mempengaruhi 70 persen ekonomi AS.
Bank Sentral AS, Federal Reserve, menaikkan tingkat suku bunga demi menekan laju inflasi tertinggi selama 41 tahun terakhir. Suku bunga tinggi mencegah inflasi sebab mengurangi minat belanja rumah tangga dan investasi oleh bisnis.
Tetapi, suku bunga tinggi dapat memicu resesi. Beberapa ekonom berpendapat AS akan mengalami resesi pada akhir tahun 2022 atau 2023.
Kepala ekonom Nationwide David Berson berkata, “Kendati ekonomi belum berada dalam resesi, kemungkinan besar kita berada di kelesuan ekonomi yang akan semakin melemah.”
Kelompok ekonom yang memutuskan untuk mengakui resesi secara resmi adalah Biro Nasional Riset Ekonomi (NBER). NBER didirikan pada tahun 1920 untuk memberikan analisa ekonomi terlepas dari pengaruh pemerintah.
Sekalipun NBER mengakui resesi, proses tersebut membutuhkan enam hingga 12 bulan setelah resesi terjadi secara nyata. Pasalnya, NBER ingin mengumumkan resesi dengan akurat.
Beragam polling menunjukkan warga AS sudah meyakini negara tersebut berada dalam resesi. Hal itu dapat mempengaruhi pola belanja rumah tangga. Bisnis-bisnis dapat mengurangi investasi dan lapangan kerja.
Pemilu AS akan dilaksanakan menjelang akhir tahun. Partai Demokrat dipandang akan mengalami kekalahan besar dan kehilangan kendali Gedung Putih serta Senat kepada Partai Republik.
Sebab itu, administrasi Biden berusaha secara agresif untuk membujuk khalayak umum bahwa ekonomi AS tidak berada dalam resesi.
Partai Republik berusaha membujuk masyarakat bahwa kebijakan Partai Demokrat adalah hal yang menyebabkan inflasi tinggi dan ekonomi lesu. [ed]