Inovasi blockchain 2025 terus berkembang dan bervariasi, salah satunya datang dan diusung oleh pengembang dari Litheum.
Litheum memperkenalkan Proof of Performance (Po) sebagai terobosan baru dalam teknologi blockchain yang menghadirkan solusi skalabilitas tanpa mengorbankan desentralisasi.
Dengan inovasi ini, mereka mengklaim, desentralisasi tidak hanya tetap terjaga, tetapi juga meningkat seiring dengan pertumbuhan jaringan. Hal ini memungkinkan transaksi dalam jumlah besar untuk dilakukan setiap hari, menjadikannya landasan utama dalam teknologi kripto 2025.
Litheum disebutkan sebagai adalah blockchain Layer-1 hyper-scalable yang dibangun di atas algoritma konsensus unik bernama Proof of Performance (PoP). Pendekatan ini secara fundamental mengatasi dilema trilema blockchain dengan menggabungkan desentralisasi, skalabilitas, dan keamanan dalam satu platform. Tidak seperti blockchain tradisional yang memiliki keterbatasan throughput, Litheum justru meningkat performanya seiring dengan bertambahnya aktivitas jaringan.
“Sistem ini memungkinkan ukuran block yang tidak terbatas, yang secara otomatis menyesuaikan dengan permintaan jaringan,” dilansir dari situs resmi Litheum.
Sejarah perkembangan Litheum menunjukkan bagaimana inovasi ini bermula dari kesadaran atas keterbatasan blockchain sebelumnya, terutama Bitcoin. Pada 2017, perpecahan komunitas Bitcoin akibat masalah skalabilitas mengubah fungsinya dari uang digital menjadi emas digital. Litheum melihat bahwa kurangnya solusi pembayaran on-chain menyebabkan banyak pengguna kembali menggunakan layanan terpusat. Dengan Proof of Performance, Litheum bertekad mengubah paradigma ini.
Cara kerja PoP terletak pada penggunaan node khusus yang diberi insentif untuk menyediakan fungsi jaringan yang penting. Node ini, yang disebut sebagai Runners, terdiri dari Block Runners, Transaction Runners, dan Data Runners.
Semua fungsi ini diukur dan dihargai melalui mekanisme insentif berbasis kontribusi, menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan efisien. Salah satu fitur yang diunggulkan adalah bahwa data transaksi dalam inovasi blockchain 2025 ini dapat diproses dengan kapasitas block dinamis, yang memungkinkan fleksibilitas jaringan dalam menyesuaikan permintaan pengguna.
Ekosistem Litheum tidak hanya fokus pada infrastruktur teknis tetapi juga menyediakan alat bagi pengembang untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (DApps) menggunakan EVM bawaan.
Native token Litheum (LTH) memainkan peran kunci dalam ekosistem ini, menjadi media untuk biaya transaksi, hadiah, dan mekanisme staking. Selain itu, framework tata kelola yang disediakan memungkinkan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan jaringan.
Keunggulan lain dalam konteks inovasi blockchain 2025, yang menjadikan Litheum menonjol adalah kemampuan untuk mengatasi masalah RPC yang tidak diberi insentif, yang sebelumnya menjadi penghambat utama dalam blockchain modern.
“Dengan insentif berbasis PoP, blockchain ini memastikan bahwa setiap kontribusi terhadap jaringan memberikan manfaat langsung kepada pelaku ekosistem. Keamanan jaringan dan kinerjanya tumbuh seiring penggunaan, menciptakan siklus yang memperkuat diri,” sebut pengembang di situsnya.
Sebagai salah satu inovasi blockchain 2025, Litheum mampu menciptakan keseimbangan antara desentralisasi dan skalabilitas dengan cara yang belum pernah dicapai oleh blockchain lain. Platform ini tidak hanya menjanjikan solusi teknis, tetapi juga menciptakan fondasi baru untuk adopsi massal dalam berbagai sektor, mulai dari keuangan terdesentralisasi (DeFi) hingga permainan berbasis blockchain (GameFi).
Dengan pendekatan berbasis utilitas dan insentif, Litheum membuka peluang baru bagi pengembangan teknologi kripto 2025, menjadikannya pemimpin potensial dalam revolusi blockchain yang akan datang. [ps]