Laporan terbaru dari crypto exchange ternama asal AS, Gemini, kembali memicu perdebatan hangat di kalangan investor dan pengamat industri. Dalam laporan yang dirilis pada Rabu (11/06), Gemini mengungkap bahwa sekitar 6,1 juta BTC yang bernilai US$668 miliar—saat ini dikuasai oleh entitas terpusat.
“Dengan 30,9 persen dari total pasokan Bitcoin yang beredar kini berada di tangan kas terpusat—termasuk pemerintah, ETF, perusahaan publik, hingga bursa terpusat,” tulis laporan tersebut.
Fenomena ini menjadi cerminan dari semakin kuatnya gelombang adopsi institusional terhadap Bitcoin, namun di saat yang sama juga menimbulkan kekhawatiran mendasar: masihkah Bitcoin layak disebut sebagai aset yang benar-benar terdesentralisasi?
Lonjakan Kepemilikan Bitcoin oleh Institusi
Dalam sepuluh tahun terakhir, kepemilikan Bitcoin oleh korporasi dan institusi melonjak 924 persen, seiring kenaikan harganya yang fantastis. Lonjakan ini mencerminkan perubahan peran Bitcoin dari aset spekulatif menjadi aset strategis bagi berbagai kalangan.
Laporan Gemini mencatat bahwa pemerintah menjadi salah satu pemilik besar Bitcoin, sebagian besar diperoleh melalui penyitaan. Sementara itu, ETF dan perusahaan publik semakin dominan, dengan tiga entitas teratas menguasai 65 hingga 95 persen dari total kepemilikan mereka.

Amerika Serikat mengambil langkah besar dengan membentuk U.S. Strategic Bitcoin Reserve pada Maret 2025. Pemerintah AS menargetkan pembelian 200.000 BTC per tahun selama lima tahun, menjadikan Bitcoin bagian dari cadangan nasional.
Langkah ini menunjukkan bahwa Bitcoin kini dipandang sebagai aset nasional dan alat lindung nilai terhadap ketidakpastian global. Bagi institusi besar, kepemilikan Bitcoin telah menjadi bagian dari strategi portofolio jangka panjang.
Namun, konsentrasi kepemilikan di tangan institusi menimbulkan kekhawatiran. Jika 30 persen pasokan Bitcoin dikuasai entitas terpusat, prinsip desentralisasi yang menjadi fondasi Bitcoin kini mulai dipertanyakan.
Stabilitas Harga: Imbal Hasil dari Adopsi Institusional?
Gemini menekankan bahwa meningkatnya dominasi institusi besar justru membawa dampak yang sangat positif terhadap stabilitas harga Bitcoin.
“Meskipun Bitcoin tetap merupakan aset berisiko, integrasinya dengan sistem keuangan tradisional membuat pergerakan harganya lebih dapat diprediksi dan tidak lagi didorong oleh spekulasi ekstrem,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut.

Sejak awal Juni 2025, harga BTC konsisten bertahan di atas US$100.000. Kondisi ini dianggap sebagai bukti bahwa kehadiran institusi mampu meredam volatilitas. Stabilitas ini turut mendorong minat investor ritel yang sebelumnya ragu akibat fluktuasi tajam.
Namun, di balik kestabilan tersebut, terdapat potensi risiko besar. Gemini memperingatkan bahwa kepemilikan dalam jumlah besar oleh pemerintah bisa memicu gejolak apabila dilepas secara masif.
Apakah Bitcoin Masih Terdesentralisasi?
Gemini menyimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan saat ini adalah bagian dari biaya pertumbuhan. Bitcoin, yang dulunya menjadi simbol kebebasan finansial dan otonomi individu, kini telah masuk ke dalam portofolio negara dan perusahaan publik.
Namun, dengan 31 persen dari pasokan Bitcoin kini berada di tangan institusi, ekosistem menghadapi tantangan baru: bagaimana mempertahankan semangat desentralisasi di tengah sentralisasi?
Bagi banyak pengamat, ini merupakan titik balik. Di satu sisi, kehadiran institusi meningkatkan legitimasi sekaligus mendorong stabilitas harga Bitcoin. Di sisi lain, nilai-nilai fundamental seperti kemandirian finansial dan resistensi terhadap kontrol terpusat mulai diuji. [dp]