Institusi Terus Borong Bitcoin, Apa yang Mereka Ketahui?

CEO ARK Invest, Cathie Wood, menyoroti bahwa dalam tiga tahun terakhir, Bitcoin terus mengalami kenaikan harga berdasarkan perhitungan rata-rata pergerakan tahunan, dan kondisi ini semakin memaksa institusi untuk mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai aset yang layak untuk dimasukkan ke dalam portofolio investasi mereka.

“Kami menunjukkan korelasi pengembalian Bitcoin dengan aset lain yang masih sangat rendah. Oleh karena itu, penting bagi institusi alokasi aset untuk mulai memperhatikan Bitcoin,” ujar Wood dalam sebuah wawancara dengan Anthony Pompliano di kanal YouTube miliknya.

Perjalanan ARK Invest dalam Bitcoin Sejak 2014

ARK Invest sudah mulai memperhatikan Bitcoin sejak 2014. Pada tahun itu, mereka merilis blog pertama terkait aset digital ini, diikuti dengan publikasi whitepaper pada 2015. ARK Invest kemudian mulai memberikan eksposur Bitcoin kepada kliennya melalui produk GBTC dengan harga antara US$200 hingga US$250 per koin.

Namun, keputusan untuk berinvestasi di Bitcoin kala itu tidaklah mudah. ARK Invest harus meminta izin dari Bursa Efek New York agar bisa menyertakan Bitcoin dalam portofolio mereka.

Meski hanya diperbolehkan mengalokasikan 1 persen dari dana investasi mereka, tidak ada aturan yang mengharuskan mereka untuk menjual Bitcoin jika harganya meningkat.

Dengan strategi ini, ARK Invest mampu mempertahankan kepemilikan Bitcoin mereka hingga akhir 2017 sebelum akhirnya menghadapi tekanan regulasi dan dari perusahaan jasa keuangan tradisional.

Bitcoin dan Konvergensi Teknologi Masa Depan

Bitcoin tidak berdiri sendiri dalam dunia inovasi. Wood menjelaskan bahwa aset ini memiliki hubungan erat dengan berbagai teknologi yang berkembang pesat, seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, penyimpanan energi dan blockchain.

Dalam laporan Big Ideas 2025 yang dirilis ARK Invest, mereka menyoroti bagaimana AI menjadi pusat dari berbagai inovasi yang semakin terintegrasi satu sama lain.

“Kami melihat bahwa konvergensi teknologi semakin intensif, dengan AI sebagai motor utama yang mendorong percepatan perubahan dan juga deflasi harga yang baik. Ketika harga turun, akses terhadap teknologi meningkat,” tambahnya.

Wood juga menyoroti peran teknologi blockchain yang akan semakin dominan dalam sistem pembayaran di masa depan. Ia membayangkan dunia di mana transaksi dilakukan secara peer-to-peer melalui API dan kontrak pintar, tanpa harus bergantung pada mata uang fiat tradisional.

Bitcoin Sebagai Tolok Ukur Kinerja Portofolio

Bitcoin kini mulai dipandang sebagai tolok ukur utama bagi investor institusional. Dengan rata-rata pengembalian tahunan mencapai 60 persen, semakin banyak investor yang menyadari bahwa mengalahkan performa Bitcoin dalam jangka panjang bukanlah tugas mudah.

Wood mengungkapkan bahwa dalam laporan Big Ideas 2025, ARK Invest membandingkan Bitcoin dengan aset tradisional lainnya, dan hasilnya menunjukkan bahwa Bitcoin tetap unggul dalam berbagai rasio risiko dan pengembalian.

“Jika investor tidak mempertimbangkan Bitcoin dalam portofolio mereka, itu berarti mereka tidak menjalankan tanggung jawab fidusia dengan benar,” tegas Wood.

Bitcoin Sebagai Kelas Aset Baru

Bitcoin bukan sekadar mata uang digital, tetapi juga telah menjadi kelas aset baru. ARK Invest sejak 2016 telah memprediksi bahwa Bitcoin akan menjadi penanda lahirnya kelas aset baru yang terpisah dari aset tradisional seperti saham dan obligasi.

“Kami telah membuktikan bahwa meskipun investor tradisional mulai masuk ke Bitcoin, korelasi Bitcoin dengan aset lain tetap rendah. Hal ini menjadikannya pilihan yang menarik bagi institusi,” ujar Wood.

Perubahan Global dan Masa Depan Bitcoin

Ketidakpastian global yang semakin meningkat, seperti perang dagang dan kebijakan ekonomi yang berubah-ubah, semakin memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai.

Wood menekankan bahwa di tengah gejolak geopolitik dan ekonomi, kepastian jumlah Bitcoin yang terbatas, hanya 21 juta unit, menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.

“Jika ada satu hal yang bisa dipastikan dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, itu adalah jumlah Bitcoin yang hanya 21 juta. Itu adalah kepastian yang jarang ditemui dalam sistem keuangan global saat ini,” jelasnya.

Wood juga menyoroti bahwa adopsi Bitcoin yang awalnya diperkirakan akan dimulai dari negara berkembang justru didorong oleh AS. Menurutnya, meskipun El Salvador menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, AS kini mulai mengambil peran utama dalam ekosistem Bitcoin global.

Menuju Cadangan Strategis Bitcoin?

Gagasan tentang negara-negara yang memasukkan Bitcoin ke dalam cadangan devisa mereka semakin mendapat perhatian.

Wood mengungkapkan bahwa ada sekitar 50 rancangan undang-undang (RUU) terkait Bitcoin yang sedang diproses di 22 negara bagian AS, termasuk Texas, Arizona dan Utah. Beberapa negara bagian ini bahkan telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam adopsi Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir.

“Texas dan California, misalnya, memiliki perekonomian yang lebih besar dari Kanada. Ini adalah langkah yang sangat menarik untuk masa depan Bitcoin sebagai aset strategis,” tutup Wood.

Dengan semakin banyaknya institusi yang mulai melihat Bitcoin sebagai aset yang tidak dapat diabaikan, masa depan Bitcoin sebagai bagian dari sistem keuangan global tampaknya semakin cerah. Mari kita saksikan. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait