Invesco Capital Management telah resmi mengajukan form S-1 kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) untuk meluncurkan produk investasi berbasis aset kripto, yakni Invesco Galaxy Solana ETF dengan kode saham QSOL.
Jika disetujui, ETF ini akan melacak pergerakan harga spot dari koin Solana (SOL) dan direncanakan tercatat di bursa Cboe BZX.
ETF tersebut menggunakan Lukka Prime Solana Reference Rate sebagai acuan harga harian. Untuk penyimpanan aset, Invesco menunjuk Coinbase Custody sebagai kustodian.
Selain itu, ETF ini juga membuka kemungkinan pelaksanaan staking SOL, yaitu proses pemanfaatan koin untuk menghasilkan imbal hasil (yield) secara on-chain. Hasil dari staking akan langsung disalurkan ke trust, memberikan nilai tambah bagi investor jangka panjang.
Kombinasi antara eksposur terhadap aset kripto dan potensi pendapatan pasif ini menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan dengan ETF kripto lainnya yang telah ada.
Langkah Invesco menambah panjang daftar penerbit yang mengincar peluncuran Solana ETF. Sejauh ini, setidaknya sembilan perusahaan telah mengajukan proposal serupa ke SEC, termasuk Fidelity, Bitwise, CoinShares, Grayscale, Franklin Templeton, dan VanEck.
Fidelity menjadi salah satu pesaing kuat setelah mengajukan form S-1 pada 13 Juni lalu untuk produk Fidelity Solana ETF. Proposal ini secara eksplisit mencantumkan fitur staking, serta mekanisme penukaran dalam bentuk aset fisik (in-kind redemption).
Opsi ini memungkinkan investor menerima koin SOL langsung, bukan uang tunai, saat melakukan penukaran unit ETF. Fitur tersebut dinilai lebih efisien dan menarik bagi investor institusional karena menekan biaya transaksi dan mempercepat proses likuiditas.
Bitwise juga menyesuaikan strateginya dengan cepat. Setelah menerima permintaan klarifikasi dari SEC, mereka memperbarui draf form S-1 pada tanggal yang sama, 13 Juni.
Versi terbaru mencantumkan rincian skema staking dan in-kind redemption dalam satuan 25 ribu saham per unit. Investor dapat memilih untuk menerima SOL asli atau nilai tunainya. Format ini mengikuti model Bitcoin ETF yang sebelumnya telah mendapat persetujuan regulator.
Sementara itu, VanEck menyempurnakan dokumen pengajuan mereka dengan mengirimkan Amendment No.1 pada hari yang sama. Dalam dokumen setebal hampir 200 halaman tersebut, VanEck menetapkan ticker VSOL, menjelaskan rencana pencatatan di Cboe BZX, serta memilih MarketVector Solana Benchmark Rate sebagai tolok ukur harga.
Opsi staking turut dimasukkan dalam proposal, tetapi hanya akan dilakukan jika tidak memicu risiko hukum yang dapat membatalkan status grantor trust dari ETF tersebut. VanEck juga menawarkan opsi penebusan tunai dan in-kind, menyesuaikan preferensi investor institusi.
Meski begitu, pengajuan Solana ETF belum mendapatkan lampu hijau dari SEC. Pada 17 Juni lalu, lembaga tersebut membuka periode komentar publik untuk proposal Franklin Solana ETF. Langkah ini otomatis memperpanjang tenggat waktu keputusan hingga akhir Juli 2025.
Dalam pernyataannya, SEC menegaskan bahwa proses ini bukan bentuk dukungan atau penolakan, melainkan bagian dari prosedur uji kelayakan yang mencakup penilaian terhadap metode harga, pengelolaan risiko staking, serta peran dan kejelasan pihak kustodian.
Tren pengajuan Solana ETF ini dinilai sebagai lanjutan dari suksesnya peluncuran ETF untuk Bitcoin dan Ether yang dimulai pada awal 2024. Keterlibatan sejumlah institusi besar menunjukkan meningkatnya minat terhadap aset kripto, khususnya Solana, sebagai bagian dari portofolio investasi tradisional.
Analis memperkirakan bahwa SEC kemungkinan akan mengeluarkan keputusan awal paling cepat pada Juli 2025, sementara tenggat akhir ditetapkan pada 10 Oktober 2025.
Dengan mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dalam proses persetujuan ETF kripto, peluang disetujuinya produk ini diperkirakan mencapai 90 hingga 95 persen. Jika terealisasi, Solana berpotensi masuk ke jajaran aset utama yang diawasi dan diakses melalui saluran investasi resmi, sejajar dengan saham dan obligasi. [st]