Mantan Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, memperingatkan bahwa AS kemungkinan besar akan memasuki resesi dalam waktu dekat.
Faktor-faktor seperti kenaikan suku bunga, inflasi yang berkelanjutan dan ketidakstabilan ekonomi global dipandang sebagai penyebab utama dari situasi ini.
Ross juga menyoroti bahwa kondisi ini mulai dirasakan oleh para pelaku ekonomi, baik di kalangan konsumen maupun bisnis, dengan penurunan pertumbuhan ekonomi dan semakin sulitnya mendapatkan kredit.
“Saya pikir AS sedang menuju ke masa resesi yang mungkin sangat ringan, dan itu seharusnya tidak terlalu mengejutkan. Hal itu ditopang secara artifisial oleh semua situasi hebat yang telah terjadi, dan semua uang tunai yang dipompa ke dalam perekonomian setelah Covid. Saya pikir mereka melebih-lebihkan hal itu,” ungkap Ross dalam wawancaranya dengan Bloomberg TV.
Resesi yang diprediksi oleh Ross ini tidak hanya mengancam ekonomi tradisional, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada pasar kripto global.
Dengan fokus pada aset kripto utama seperti Bitcoin dan Ethereum, investor mulai mengkhawatirkan bagaimana krisis ekonomi akan memengaruhi harga dan daya tarik aset digital ini.
Bitcoin dan Ethereum di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Bitcoin dan Ethereum, dua aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, sering kali dipandang sebagai alternatif investasi ketika ekonomi tradisional goyah. Namun, potensi resesi kali ini menempatkan aset-aset tersebut dalam situasi yang lebih kompleks.
Kenaikan suku bunga dan inflasi yang meroket telah membuat para investor mulai memikirkan ulang strategi mereka terkait aset berisiko.
Bitcoin, yang sebelumnya dijuluki sebagai emas digital, dapat mengalami volatilitas lebih tinggi selama resesi.
Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, sejarah menunjukkan bahwa aset ini tetap rentan terhadap perubahan selera risiko di pasar.
Ethereum, dengan ekosistem desentralisasi yang berkembang pesat, juga berada di bawah tekanan yang sama.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah kedua aset ini bisa mempertahankan posisinya sebagai pilihan investasi yang kuat atau justru akan terkena dampak dari pergeseran besar dalam ekonomi global.
Penurunan Selera Risiko Investor
Resesi biasanya disertai dengan penurunan selera risiko dari para investor. Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, banyak investor cenderung menghindari aset berisiko tinggi, termasuk saham dan kripto, untuk beralih ke investasi yang lebih aman seperti obligasi atau emas.
Bitcoin dan Ethereum, meskipun dianggap sebagai inovasi keuangan besar, tetap dikategorikan sebagai aset berisiko tinggi.
Dengan semakin ketatnya kebijakan moneter dan melemahnya kepercayaan konsumen, banyak investor kripto yang mungkin memilih untuk mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset ini.
Selera risiko yang menurun tidak hanya akan memengaruhi volume perdagangan tetapi juga harga kripto secara keseluruhan.
Kapitalisasi pasar yang besar dari Bitcoin dan Ethereum belum tentu menjamin stabilitasnya selama masa resesi. Sebaliknya, volatilitas bisa meningkat karena pelaku pasar berupaya mencari stabilitas dalam ketidakpastian.
Penguatan Posisi Emas Sebagai Safe Haven
Di sisi lain, emas kembali mendapatkan daya tarik sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran akan resesi. Dalam beberapa dekade, emas telah terbukti menjadi tempat berlindung yang aman bagi para investor ketika ketidakpastian ekonomi meningkat.
Banyak analis memprediksi bahwa harga emas akan terus naik seiring dengan menurunnya minat terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Jika resesi benar-benar terjadi, kita bisa menyaksikan perubahan besar dalam portofolio investor global, di mana mereka kemungkinan akan mengalihkan investasi mereka dari Bitcoin dan Ethereum menuju emas yang lebih stabil. Tentu saja, ini belum dapat dipastikan sepenuhnya.
Hal ini menciptakan tantangan tersendiri bagi pasar kripto, yang selama beberapa tahun terakhir telah berhasil menarik perhatian sebagai alternatif investasi utama. [st]