Kementerian Pendidikan Malaysia memperkenalkan E-Skrol, sebuah aplikasi yang dibangun di atas blockchain NEM untuk menangani masalah izajah palsu melalui penggunaan teknologi blockchain. Berdasarkan catatan redaksi, langkah Pemerintah Malaysia itu sudah dirintis sejak tahun lalu dan memang NEM Foundation punya perwakilan di Kuala Lumpur.
Dilansir dari Kantor Berita Bernama, 20 September 2019, Kementerian Pendidikan Malaysia mengumumkan bahwa aplikasi E-Skrol memungkinkan untuk memverifikasi keaslian izajah pendidikan tinggi warga Malaysia.
E-Skrol bertujuan untuk mengatasi meningkatnya kasus penipuan dengan memalsukan izajah pendidikan tinggi di Malaysia. Izajah palsu dapat diperoleh secara secara mudah di Internet, lalu digunakan untuk melamar kerja atau keperluan lain.
“Masalah pemalsuan izajah berdampak buruk pada sistem pendidikan tinggi Malaysia. Ada orang yang mengaitkan dengan reputasi universitas negeri Malaysia untuk meningkatkan profil mereka dengan memperlihatkan izajah palsu. Saya percaya aplikasi blockchain dapat mengubah situasi ini,” kata Menteri Pendidikan Malaysia Dr. Maszlee Malik.
Menteri Pendidikan menambahkan bahwa dengan E-Skrol siapa saja, di mana saja di dunia dapat memverifikasi data setiap lulusan universitas Malaysia, termasuk nama mereka, transkrip lengkap, tanggal kelulusan dan kelas derajat melalui aplikasi dan memindai kode QR, yang dicetak pada izazah.
Malaysia tergolong “niat banget” soal teknologi blockchain ini. Sampai-sampai, pada Juni 2019 lalu, Pemerintah Malaysia meluncurkan program visa kerja bagi para pakar blockchain dari seluruh dunia. Dengan visa khusus itu, para profesional asing memiliki hak untuk tinggal dan bekerja di negara itu hingga 12 bulan lamanya untuk membuat beragam layanan terkait blockchain di perusahaan di Malaysia.
“Jumlah visa yang akan dikeluarkan tergantung pada proyek yang akan dijalankan oleh perusahaan blockchain di Malaysia,” kata Wakil Presiden MDEC Norhizam Abdul Kadir. [rong]