Kemarin, Changpeng Zhao (CZ), CEO Binance menyangkal perusahaannya adalah investor putaran kedua di perusahaan di balik Terra LUNA, yakni Terraform Labs. Namun, ia tak menyangkal mengucurkan dana di awal pendiriannya.
“Binance tidak berpartisipasi pada putaran kedua investasi dan tidak juga membeli UST. Binance Labs berinvestasi US$3 juta di Terra pada tahun 2018. UST lahir kemudian setelah investasi awal kami itu,” katanya di Twitter, Minggu (15/5/2022) menanggapi pertanyaan publik soal seberapa jauh Binance terlibat dalam proyek Terra yang didirikan oleh Do Kwon dan Danial Shin di Korea Selatan itu dan bermarkas di Singapura.
3/ Binance did not participate in the 2nd round of Luna’s fund raising nor did we acquire any UST.
Binance Labs invested $3m USD in Terra (the layer 0 blockchain) in 2018. UST came much later after our initial investment.
— CZ 🔶 Binance (@cz_binance) May 15, 2022
Sebelumnya, CZ tak dapat menyembunyikan kekesalannya karena tim Terra tak sanggup mengendalikan turunnya harga LUNA dan UST yang berubah menjadi “unstable coin“.
“Saya sangat kecewa dengan bagaimana insiden UST/LUNA ini ditangani (atau tidak ditangani) oleh tim Terra. Kami meminta tim mereka untuk memulihkan jaringan, membakar LUNA yang diterbitkan lebih banyak, dan memulihkan pasak (peg) UST. Sejauh ini kami tidak mendapat tanggapan positif, atau banyak tanggapan sama sekali,” katanya di Twitter, Jumat (13/5/2022), beberapa hari sebelum penangguhan sementara perdagangan LUNA/BUSD di Binance.
Binance, Terra LUNA dan Terraform Labs
Berdasarkan penelusuran Redaksi Blockchainmedia.id, bukti-bukti Binance ada di balik pendirian awal Terra, salah satunya dari pemberitaan di Coindesk, 29 Agustus 2018 silam.
“Diumumkan pada Selasa, pendiri di balik startup unicorn senilai US$1,4 miliar bernama TMON, Danial Shin, mengungkapkan bahwa mereka telah mengumpulkan US$32 juta seed round untuk membangun stablecoin bernama Terra…putaran investasi tersebut mencakup beberapa investor kripto terkenal, termasuk Polychain Capital, FBG Capital, Hashed, 1kx, Kenetic Capital, Arrington XRP, Binance Labs dan lainnya sebagainya,” tulis Coindesk.
Tertera di sana, kata “seed round”, satu istilah tahap investasi sangat awal, sebelum perusahaan belum beroperasi. Investasi seed round diikuti ke tahap berikutnya, yakni putaran pendanaan A, B dan C.
Kala itu sebutan Terra identik dengan proyek stablecoin dan belum ada istilah TerraUSD (UST) saat itu untuk kebutuhan publikasi. Baru kemudian pada tahun 2021, UST jadi sematan materinya.
Keterlibatan Binance di Terraform Labs juga ditegaskan di pemberitaan Coindesk pada 26 Januari 2021. Kala itu masuk investor besar baru, yakni Galaxy Digital, Coinbase Ventures dan Pantera Capital. Total investasi baru itu sebesar US$25 juta.
Tertulis di bagian berita itu soal Binance yang masuk di sangat awal pada tahun 2018.
“Didirikan pada tahun 2018, Terra diluncurkan dengan dukungan US$32 juta dari Binance dan Polychain. Setiap stablecoin Terra, TerraUSD (UST) bergantung pada kripto LUNA untuk mempertahankan pasaknya agar tetap 1 dolar,” tulis Coindesk.
Adanya investasi Binance di Terra juga dapat ditelusuri dari data Forbes ini. Di laman itu menampilkan profil Do Kwon sebagai pendiri Terra dalam daftar orang muda terkaya sedunia di bawah 30 tahun.
“…Terra mendapatkan dan investasu US$32 juta dari Binance, Arrington XRP dan Polychain Capital…” tulis Forbes.
Sebagai catatan Forbes adalah media yang juga mendapatkan investasi US$200 juta dari Binance pada Februari 2022 lalu.
Khusus soal pahit getirnya investasi, CZ mengatakan di cuitan kemarin, bahwa Binance Labs telah berinvestasi di ratusan proyek lebih dari 4 tahun terakhir.
Sejumlah “bukti” lain diunggah oleh Larry Clemark, Peneliti di TheBlock, lewat Twitter kemarin.
“Ini adalah dokumen terakhir soal kenaikan gaji di Terra. Jadi saya kira mereka bisa berbohong atau tidak pernah menutupi. Saya tidak bisa mengada-ada, hanya saja saya tidak tahu siapa yang harus dipercaya,” kata Clemark.
This is the doc that Terra used for the last raise. So I guess they could have lied or never closed. But I didn't make this shit up lol just don't know who to believe pic.twitter.com/rnMmtDbs6a
— Larry Cermak 🫡 (@lawmaster) May 15, 2022
Pada gambar yang disertakan Clemark, tertera, bahwa investor besar di balik pendirian Terra adalah Jump Capital (US$300 juta), Binance (US$300 juta) dan 3AC.
Sebagai catatan, nama “3AC” itu pernah disebut-sebut oleh Do Kwon dan LFG di Twitter sebagai mitra mereka untuk urusan perdagangan Bitcoin versi OTC (over the counter), ketika harga LUNA dan UST mulai bermasalah.
Selain itu, disebutkan ada besaran investasi “seed round“, sebesar US$32 juta pada Agustus 2019, yakni oleh Binance Labs, Dunamu, Huobi Capital dan OKEx (sekarang OKX).
CZ: Ada yang Gagal dan Sukses, Itulah Cara Kerja Investasi
“Itu termasuk berinvestasi di bursa kripto pesaing dan blockchain pesaing. Beberapa di antaranya ada yang gagal dalam perjalanannya, tetapi ada juga yang sukses. Cara kerja investasi memang begitu,” imbuhnya.
4/ Binance Labs invested in hundreds of projects over the last 4 years, including exchange “competitors” and many “competing” blockchains. A few of them have fallen by the wayside, but a few have been extremely successful. That’s how investments work.
— CZ 🔶 Binance (@cz_binance) May 15, 2022
Hingga detik ini, harga LUNA masih tersungkur dengan pasokan bertambah setiap hari. Per 15/5/2022 supply LUNA membengkak menjadi 6,5 triliun berdasarkan data dari Messari. UST berubah menjadi “unstablecoin” jauh dari 1 dolar. [ps]