Menjelang peluncuran toko Non-Fungible Token (NFT) Binance, 100 orang seniman digandeng. NFT masih mempunyai kelemahan, karena data digital bisa disalin dengan sangat mudah, lalu dijual di toko NFT berbeda.
Pasar NFT masih terhitung panas karena menjadi sentra bagi banyak orang untuk menjual barang-barang digitalnya.
Walaupun sejak Mei 2021 nilai pasarnya tergerus seiring melemahnya pasar kripto, NFT digadang-gadang bakal terus tumbuh menggaet pengguna lain.
Binance Bersaing dengan Toko NFT Lain
Tak heran, Binance sebagai bursa kripto berkelas dunia sudah jauh hari pasang kuda-kuda melahirkan toko NFT-nya sendiri.
Peluncuran direncanakan pada 24 Juni 2021 mendatang. Menjelang peluncuran, Binance sudah menggandeng 100 orang seniman yang menjadi bagian penting dari toko NFT itu.
Dengan demikian toko NFT Binance akan berhadapan langsung dengan toko kelas berat lainnya, seperti OpenSea, Nifty Gateway (milik bursa Gemini), Mintable, Raribel dan SuperRare, bahkan besutan bursa derivatif, FTX.com.
“NFT membantu seniman ‘mengamankan’ karya mereka dan memberi mereka perspektif kreatif baru. Apa pun media asli mereka gunakan, dalam hal ini untuk saya adalah kulit,” kata seniman tato, Johnny Gloom, satu dari 100 orang seniman di toko Binance NFT itu, dilansir dari pengumuman resmi Binance, Minggu (6/6/2021).
Kelemahan NFT
NFT pada prinsipnya adalah token digital yang dibuat menggunakan smart contract dan berjalan di blockchain. Token itu merepresentasikan objek digital, seperti gambar, video dan audio.
NFT dianggap sangat bermanfaat, karena lebih mudah melakukan verifikasi transaksi ketika NFT itu dijual, baik secara langsung ataupun lewat mekanisme lelang.
Walau begitu, NFT bukan tak punya kelemahan. Pasalnya, ketika satu NFT diterbitkan di toko NFT tertentu, file digital-nya, misalnya gambar JPG masih bisa disalin dan diduplikasi.
Akhirnya, file yang sama bisa dibuatkan kembali dalam bentuk NFT, lantas dijual di toko NFT yang berbeda. [red]