Japan Post Bank, salah satu institusi keuangan terbesar di Jepang, mengumumkan rencana peluncuran mata uang digital bernama DCJPY pada tahun fiskal 2026.
Berdasarkan laporan Nikkei, mata uang digital tersebut akan terhubung langsung dengan rekening tabungan nasabah dan dapat digunakan untuk transaksi aset digital seperti token sekuritas maupun NFT.
Inisiatif ini ditujukan untuk mengaktifkan kembali dana simpanan sekitar ¥190 triliun, setara Rp21.156 triliun, sekaligus menarik minat generasi muda pada layanan perbankan modern.
Konversi Instan dan Akses ke Aset Digital
DCJPY akan dioperasikan sebagai tokenized deposit, berbeda dengan stablecoin publik. Nilainya dijamin 1:1 dengan yen dan akan berjalan di atas blockchain berizin yang dikelola lembaga keuangan terdaftar.
Skema ini memungkinkan pengguna mengonversi saldo tabungan ke DCJPY secara instan. Japan Post Bank menilai langkah tersebut akan mempercepat penyelesaian transaksi aset digital, yang biasanya membutuhkan waktu settlement lebih panjang dalam sistem konvensional.
Selain untuk transaksi token sekuritas dan NFT, bank juga sedang mempertimbangkan penggunaan DCJPY sebagai instrumen pembayaran subsidi pemerintah daerah.
Mekanisme ini berpotensi memperluas pemanfaatan mata uang digital ke sektor publik, sehingga mempercepat adopsi masyarakat terhadap sistem pembayaran berbasis blockchain.
Pengembangan DCJPY ditangani oleh DeCurret DCP, anak perusahaan dari DeCurret Holdings, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Internet Initiative Japan (IIJ). Proyek ini kali pertama diumumkan pada Agustus 2024.
Setahun kemudian, DeCurret berhasil menghimpun pendanaan senilai ¥6,35 miliar untuk memperkuat infrastruktur DCJPY. Dengan landasan tersebut, mata uang digital ini diproyeksikan siap digunakan secara luas pada 2026.
“Tujuan utama DCJPY adalah menghadirkan efisiensi sekaligus membuka akses lebih luas bagi masyarakat untuk memanfaatkan aset digital,” ungkap juru bicara DeCurret.
DCJPY Jadi Bagian dari Perubahan Besar di Jepang
Rencana peluncuran DCJPY terjadi di tengah pergeseran besar masyarakat Jepang menuju ekonomi tanpa uang tunai.
Data pemerintah mencatat, tingkat adopsi pembayaran non-tunai telah mencapai 42,8 persen pada 2024, melampaui target resmi satu tahun lebih cepat dari jadwal. Situasi ini memperlihatkan kesiapan masyarakat untuk beralih ke metode pembayaran digital yang lebih cepat dan efisien.
Di sisi lain, Bank of Japan (BOJ) juga tengah melakukan uji coba terhadap mata uang digital bank sentral (CBDC). Dorongan ini semakin menegaskan arah kebijakan Jepang dalam mengembangkan ekosistem pembayaran modern.
Kehadiran DCJPY yang digagas Japan Post Bank dipandang sebagai salah satu tonggak penting dalam memperkuat infrastruktur finansial berbasis blockchain di negara tersebut.
Dengan lebih dari 120 juta akun nasabah aktif, Japan Post Bank memiliki basis pengguna yang luas untuk menguji coba dan mengimplementasikan DCJPY.
Potensi adopsi di pasar domestik dinilai cukup besar mengingat bank ini memiliki simpanan mencapai US$1,29 triliun. Langkah ini juga diharapkan dapat memberikan daya saing baru bagi bank dalam menghadapi perubahan teknologi finansial yang cepat dan kompetitif.
Secara keseluruhan, peluncuran DCJPY pada 2026 diproyeksikan tidak hanya mengubah cara masyarakat Jepang bertransaksi, tetapi juga dapat menjadi model bagi institusi keuangan lain yang ingin menggabungkan simpanan tradisional dengan inovasi digital. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.