Bos Reku, Jesse Choi, baru saja membeberkan sejumlah pendorong positif di pasar kripto, salah satunya adalah terkait pemangkasan suku bunga The Fed yang membuat aset kripto semakin diminati oleh masyarakat.
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) baru saja menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen hingga 5,0 persen. Keputusan ini muncul setelah inflasi relatif stabil selama beberapa bulan terakhir. Respon pasar terhadap penurunan suku bunga tersebut terlihat jelas, di mana aset berisiko seperti saham dan kripto menunjukkan apresiasi yang signifikan.
Harga Bitcoin melonjak mencapai US$62.000, atau sekitar Rp954 juta, tak lama setelah keputusan The Fed diumumkan. Saham AS juga mengalami kenaikan dengan indeks Dow Jones melampaui level 42.000 untuk pertama kalinya, sementara S&P 500 mencatat kenaikan sebesar 1,7 persen di 5.713, mencapai rekor tertingginya.
Kenaikan ini terus berlanjut hingga Rabu, 25 September 2024, di mana harga Bitcoin tercatat di level US$63.800 dan S&P 500 di 5.732. Pada Kamis, 26 September 2024, harga kripto berkapitalisasi terbesar itu pun menyentuh resistensi tebal, yakni di atas US$65 ribu.
Bitcoin Naik Tajam Usai Suku Bunga Dipangkas, Analis: Waspada Volatilitas!
Jesse Choi: Aset Kripto Semakin Diminati Investor
Jesse Choi, selaku Co-CEO Reku, memberikan tanggapan terkait tren positif ini. Menurutnya, respons pasar terhadap langkah The Fed menunjukkan optimisme investor mengenai prospek pertumbuhan ekonomi global.
“Kondisi ini dapat mendorong instrumen investasi global seperti saham AS dan aset kripto untuk semakin diminati oleh investor,” kata Jesse dalam keterangan tertulisnya melalui surel.
Lebih lanjut, Jesse menjelaskan bahwa inovasi dan adopsi yang berkembang di sektor kripto dan saham AS memberikan daya tarik tambahan bagi investor.
“Aset kripto dan saham AS bukan hanya menjadi alternatif investasi, tetapi juga menggambarkan potensi masa depan yang menarik melalui inovasi yang terus berlanjut,” tambahnya.
Menurut Jesse, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal ke-4 2024, didorong oleh peningkatan belanja konsumen dan belanja pemerintah, berpotensi memberikan dampak positif pada kinerja perusahaan-perusahaan AS.
Investasi Saham di Reku
“Efek domino dari pertumbuhan ekonomi ini akan memengaruhi berbagai sektor, termasuk sektor yang tidak langsung berhubungan dengan produk konsumen,” jelasnya.
Dalam rangka mendukung akses investasi yang lebih luas, Jesse juga menekankan komitmen Reku untuk menyediakan layanan yang memudahkan masyarakat berinvestasi di aset global, khususnya saham AS.
“Saat ini, masyarakat bisa berinvestasi saham AS di Reku mulai dari US$1 dengan gratis biaya konversi IDR/USD,” kata Jesse.
Fitur-fitur seperti Insights di platform Reku juga memungkinkan investor untuk memahami sentimen saham dan melakukan analisis secara cepat.
Harga Bitcoin Diantisipasi Cetak Rekor Baru pada Akhir Oktober 2024
Analis Reku: Ini Momentum yang Lama Dinantikan
Menanggapi situasi ini, Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, juga memberikan pandangannya. Ia menilai bahwa penurunan suku bunga The Fed merupakan momentum yang sangat dinantikan oleh investor sepanjang tahun ini.
“Langkah ini membuka jalan bagi kebijakan ekonomi yang lebih longgar, mendukung pertumbuhan pasca-pandemi,” kata Fahmi Almuttaqin.
Fahmi menambahkan bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar seperti ini memberikan angin segar bagi aset berisiko tinggi seperti saham dan kripto.
“Pergerakan harga aset kripto dan saham AS kini menunjukkan korelasi yang tinggi. Ini mencerminkan tren positif yang dialami oleh kedua kelas aset tersebut,” lanjut Fahmi.
Penurunan suku bunga juga dipandang sebagai pemicu meningkatnya likuiditas di pasar saham AS dan pasar kripto.
“Dengan biaya akses terhadap dollar yang lebih rendah, investor cenderung lebih aktif. Bank-bank sentral di negara lain mungkin akan mengikuti jejak The Fed dalam menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” jelas Fahmi Almuttaqin.
Selain itu, dengan suku bunga yang lebih rendah, instrumen yang dapat berfungsi sebagai inflation hedge seperti Bitcoin menjadi semakin menarik.
“Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan jumlah uang beredar, yang pada gilirannya menurunkan nilai mata uang fiat. Oleh karena itu, aset seperti Bitcoin bisa menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari inflasi,” kata Fahmi Almuttaqin.
Ia juga memprediksi bahwa tren kebijakan moneter yang lebih longgar akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Bank Indonesia, misalnya, diproyeksikan akan kembali menurunkan suku bunga sebanyak dua kali sebelum akhir tahun.
“Outlook kebijakan ini sejalan dengan fase bullish yang sering kali muncul setelah Bitcoin halving, yang membawa kenaikan signifikan pada aset kripto popular,” pungkas Fahmi.
Dengan kondisi pasar yang semakin optimis, baik aset kripto maupun saham AS tetap menjadi instrumen yang menarik untuk diperhatikan. [ps]