Gambar batu senilai US$608 ribu atau Rp8,6 milyar terdengar mustahil. Tetapi, baru-baru ini terjadi satu transaksi proyek NFT EtherRocks dengan nilai fantastis tersebut.
CEO Tron Justin Sun, yang dikenal sering membeli benda-benda mahal, adalah pembeli gambar batu dengan nilai lebih dari setengah juta dolar itu. Ia tidak mengatakan batu mana yang ia beli, tetapi diduga Sun membeli gambar batu berwarna abu-abu.
Justin Sun dan NFT Gambar Batu
Akun Twitter pelacak harga EtherRocks mengonfirmasi transaksi penjualan gambar batu senilai US$580 ribu tersebut dua jam sebelum cuitan dari Sun.
Minat membludak terhadap gambar atau berkas JPEG batu mendorong penjual untuk menuntut harga lebih menggila. Dua pekan lalu, satu gambar terjual seharga US$100 ribu dan kemarin batu termurah dihargai US$305 ribu. Kini, gambar batu paling murah dijual dengan harga US$1 juta.
Seseorang yang membeli gambar batu termurah kemarin bisa langsung mengantongkan untung US$400 ribu hari ini bila mereka menjual dengan harga pasar.
Gambar bebatuan tersebut adalah NFT atau non-fungible token, token berbasis blockchain yang menunjukkan kepemilikan benda-benda digital seperti gambar, berkas video atau aset fisik.
Ada 100 gambar batu EtherRocks yang diciptakan pada tahun 2017, era yang termasuk lama bagi proyek NFT. Gambar tersebut diambil dari koleksi clip art bebas royalti dan terinspirasi oleh mania mainan Pet Rock yang terkenal pada dekade 1970.
Hampir semua dari 100 gambar batu terlihat sama kecuali beberapa yang berbeda warna. EtherRock 55 yang kemarin terjual senilai US$409 ribu, adalah salah satu dari empat batu berwarna biru. Penjualan batu biru ini mengakibatkan volume perdagangan yang meroket.
Andrew Kang, kolektor NFT yang memiliki dua EtherRocks, menjelaskan fenomena ini. Ia berkata, “Bagi sejumlah NFT, Anda bisa berargumen NFT itu sedap dipandang, ada kisah penciptaan yang luar biasa atau bisa dipakai dalam game dan sebagainya. Tetapi itu semua tidak berlaku bagi EtherRocks.”
Kang menambahkan, dalam kasus EtherRocks, metadata gambar batu bahkan tidak disimpan. Hal ini berarti kepemilikian tidak terkait secara permanen dengan representasi visual.
Hal itulah yang menyebabkan gambar batu EtherRocks begitu diminati. Kepemilikan suatu benda yang sama sekali tidak berguna adalah contoh “pamer” paling nyata, jelas Kang.
Memang, catatan pada situs EtherRocks menekankan, bebatuan virtual tersebut tidak memiliki tujuan apa-apa selain bisa dibawa dan dijual serta memberikan rasa kebanggaan bagi pihak yang memiliki satu dari seratus batu dalam koleksi itu.
Pada bulan Maret lalu, pengembang EtherRocks meluncurkan proyek NFT lain bernama “NFT Sprites” yang menggabungkan blockchain dan deepfake. Koleksi yang terdiri dari 100 keping tersebut tidak mampu menarik perhatian sebesar EtherRocks. [decrypt.co/ed]