Kabar AS dan Drama Jepang Hantui Dunia Kripto Global

Pasar kripto kembali mengalami tekanan, dan kali ini pemicunya datang dari berita mengejutkan seputar kondisi ekonomi AS dan Jepang.

Dalam video terbarunya, analis kripto Lark Davis mengupas dinamika terbaru yang menggerakkan pasar, mulai dari penurunan peringkat kredit AS hingga kekhawatiran akan krisis keuangan di Jepang.

Penurunan Peringkat Kredit AS, Tapi Pasar Cuek?

Salah satu berita utama yang menyita perhatian adalah keputusan Moody’s untuk memangkas peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA+. Ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga ketiga yang mengambil langkah serupa dalam dekade terakhir, setelah S&P dan Fitch. Meskipun terdengar besar, Lark menilai pasar tidak terlalu peduli.

“Pasar hanya turun 1 persen di sesi futures, itu bukan apa-apa. Bukan seperti kita anjlok lima persen atau semacamnya,” ujarnya sambil menekankan bahwa kekhawatiran besar belum terlihat di reaksi pasar.

Ketegangan Ekonomi di Jepang Picu Kecemasan Baru

Namun demikian, cerita berbeda datang dari Jepang. Perdana Menteri Jepang menyatakan bahwa situasi keuangan negaranya lebih buruk dari Yunani, negara yang pernah mengalami krisis utang yang parah. Komentar ini langsung menyulut kekhawatiran akan potensi kekacauan di pasar obligasi global.

Jepang, sebagai salah satu pemegang surat utang AS terbesar, tentu memiliki posisi krusial. Jika Jepang mulai melepas aset-asetnya secara besar-besaran, dampaknya bisa merembet ke seluruh sistem keuangan global.

“Mereka pasti akan menarik tuas-tuas kebijakan moneter. Mungkin tidak dalam bentuk pelonggaran kuantitatif biasa, tapi uang tetap akan mengalir ke sistem,” jelas Lark.

Mulai Ada Koreksi, Tapi Belum Pertanda Bahaya

Di sisi lain, grafik teknikal untuk Bitcoin dan Ethereum menunjukkan sinyal koreksi. Lark menjelaskan adanya divergence bearish pada indikator RSI dan crossover bearish pada MACD. Namun, ia juga menekankan bahwa koreksi ini bukan berarti pasar akan kolaps.

“Kita baru saja naik 50 persen dalam lima minggu. Jadi tenang saja, ini wajar. Kita mungkin akan melihat Bitcoin turun ke kisaran US$90 ribu sebelum naik lagi,” tambahnya.

AI dan Teknologi Masih Jadi Katalis Positif

Menariknya, di tengah kekhawatiran ini, ada satu hal yang tetap membuat Lark optimis, yakni tren kecerdasan buatan (AI). Ia menunjukkan grafik yang membandingkan pergerakan Nasdaq pasca-peluncuran Netscape dan kemunculan ChatGPT.

Jika pola tersebut berlanjut, menurut Lark, “bubble AI” masih punya waktu dua hingga tiga tahun sebelum meledak.

“Kalau grafik ini akurat, kita masih ada di posisi 1997. Itu berarti masih banyak ruang untuk naik sebelum gelembung meletus,” ujarnya.

Ethereum, Solana dan Altcoin Lainnya: Siapa yang Unggul?

Lark juga membahas perbandingan antara kinerja Ethereum dan beberapa altcoin seperti Solana, Aptos dan Sui. Meskipun Ethereum menunjukkan kenaikan sekitar 101 persen dari titik terendah pasar bearish, Bitcoin masih unggul dengan kenaikan hampir 500 persen.

Sementara itu, Solana mencatat dominasi besar di sektor DEX, menyumbang sekitar 85 persen volume bersama BNB dan Ethereum.

Sui juga mencatat pertumbuhan pesat dalam jumlah stablecoin on-chain, bahkan melebihi Aptos. Namun grafik harga menunjukkan bahwa beberapa altcoin masih tertekan, menandakan potensi koreksi lebih lanjut.

Meski banyak kabar tak sedap beredar, Lark mengingatkan bahwa volatilitas adalah hal biasa di dunia kripto. Bahkan, beberapa perusahaan seperti Basil Medical Group baru-baru ini mengumumkan rencana pembelian Bitcoin senilai US$1 milyar, sinyal kuat bahwa kepercayaan investor institusional belum goyah.

“Ini semua adalah masalah jangka panjang. Untuk saat ini, kita masih dalam perjalanan,” ujarnya menenangkan. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait