Investor miliarder Chamath Palihapitiya menilai skandal bursa kripto FTX bakal jadi puncak gunung es, yang kelak menghancurkan modal ventura sebesar US$700 Milyar.
Krisis likuiditas yang dialami FTX mencapai US$32 milyar. Ini membuat mantan milyader Sam Bankman-Fried hengkang dari jabatannya sebagai CEO.
Bangkrutnya FTX bisa dikatakan cukup tiba-tiba. Mengingat perusahaan ini masih berusaha untuk bangkit pada awal minggu ini.
Palihapitiya memperkirakan bahwa Federal Reserve akan mendorong suku bunga menjadi 5,50 persen hingga paruh pertama tahun 2024.
Pada awal bulan ini, Bank Sentral AS kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin menjadi 3,75 persen-4 persen.
Ini menandai kenaikan suku bunga keenam berturut-turut dan kenaikan 0,75 persen keempat berturut-turut, mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi baru dalam periode 14 tahun.
Menurut Palihapitiya, penetapan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lama, kelak berimbas pada musnahnya modal ventura senilai ratusan miliar dolar.
Chamath Palihapitiya: Kasus FTX Berimbas pada Hancurnya Modal Ventura
“Kami mulai melihat dampaknya pada portofolio para investor, dari aksi penarikan skala besar. Yang tentu akan mendorong perubahan perilaku investor kripto. Oleh sebab itu, kasus SBF (Sam Bankman-Fried) ini merupakan puncak gunung es bagi dunia keuangan,” terang pendiri dan CEO Social Capital tersebut, dilansir dari Dailyhodl.
Mantan eksekutif Facebook tersebut menjelaskan, pihaknya telah menyuntikkan US$1 triliun ke dalam modal ventura, pada 2018 hingga 2021 dan termasuk perkiraan untuk tahun 2022.
Dalam penelusuran Palihapitiya, sebanyak US$500 miliar dari US$1 triliun telah hancur dari periode tahun 20180 sampai 2022.
Dan dengan munculnya kasus FTX, sekira US$ 600 miliar atau US$700 miliar modal ventura akan terimbas hancur lebur.
Sebelumnya diberitakan, runtuhnya FTX yang berakhir dengan pengajuan kebangkrutan telah menghantam pasar kripto dan kepercayaan investor, di mana SBF kini menjadi sorotan setelah diketahui melakukan penyalahgunaan dana pengguna platform.
Berdasarkan laporan Fortune, CEO FTX tersebut diketahui telah menggunakan dana pengguna di dompet bursa untuk menutupi kerugian, dampak peretasan yang hampir menyedot habis aset kripto perusahaan.
Saat ini, Departemen Kehakiman AS masih menyelidiki kasus FTX, karena saat ini SBF masih sekadar dalam tuntutan hukum perdata saja, tidak dapat dipenjara. Itu karena ia masih berusaha memulihkan aset yang tersisa di FTX. [ab]