Berita terbaru dalam dunia kripto berkisar pada standar token Bitcoin yang baru diperkenalkan terkait standar token BRC-20.
Hal ini mendapatkan perhatian dan dukungan yang cukup besar karena tren memecoin baru-baru ini. Meskipun hype yang terus berlanjut, standar token ini masih tunduk pada beberapa batasan terkait lanskap kripto secara umum.
Laporan terbaru oleh bursa kripto terkemuka Bitfinex telah menekankan potensi standar token ini dan pentingnya menemukan lebih banyak kasus penggunaan untuk mempercepat adopsi yang luas.
Standar Token BRC-20
Pada bulan Maret, standar token BRC-20, yang dikenal sebagai Bitcoin Request for Comment, didirikan dengan menggunakan protokol Ordinals.
Awalnya dirancang untuk memfasilitasi pembuatan token non-fungible Bitcoin (NFT) dengan menyisipkan data seperti gambar, video, kode, dan teks ke dalam bagian witness transaksi BTC, dikutip dari Cryptopotato.
Protokol ini telah berkembang untuk memungkinkan transfer token yang dapat dipertukarkan secara khas di blockchain.
Menurut data dari brc-20.io, kapitalisasi pasar token BRC-20 pernah melebihi US$900 juta pada suatu saat, dengan lebih dari 14.400 token yang diterbitkan. Namun, pasar telah menurun menjadi sekitar US$542 juta pada Minggu (14/5/2023).
Sejak diperkenalkannya aset yang dapat dipertukarkan berbasis Bitcoin, transaksi di jaringan ini meningkat pesat, dengan transaksi BRC-20 Ordinals melampaui transaksi non-BRC-20 sebanyak lebih dari empat juta, menurut data dari Dune Analytics.
Beberapa standar token BRC-20 yang paling banyak diminati termasuk ORDI, NALS, PIZA, PEPE, dan MEME.
Keterbatasan Jaringan
Meskipun memperlihatkan potensi dari protokol Ordinals, standar token baru ini menghadapi keterbatasan yang dapat menghambat pertumbuhan dan kemajuan.
Salah satu kekurangan yang signifikan adalah kurangnya kasus penggunaan, yang dapat menghambat pengembangan. Selain itu, jaringan standar token BRC-20 tidak mendukung kontrak pintar (smart contracts).
Akan tetapi, harga aset tergantung pada spekulasi pasar. Hal ini, ditambah dengan volume perdagangan 24 jam yang kurang dari 30 persen dari kapitalisasi pasar mereka, seperti yang terlihat dalam kasus ORDI, membuat prediksi masa depan mereka menjadi sulit.
Keterbatasan lainnya adalah ketidakcocokan dengan Ethereum Virtual Machine (EVM), yang membatasi akses pengembang ke sumber daya jaringan dan kemampuan membangun. Hal ini dapat membatasi adopsi dan menghasilkan ekosistem yang sempit.
Selain itu, standar token BRC-20 mengonsumsi ruang blok yang signifikan, yang dapat menyebabkan kemacetan jaringan dan biaya transaksi yang lebih tinggi.
Meskipun ada keterbatasan ini, mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) Bitcoin membuat sulit bagi peretas untuk merusak jaringan, sehingga keamanan blockchain ini menjadi lebih kuat. [az]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.