Kenapa Inflasi Bisa Jadi Musuh Terbesar Kripto di 2025?

Inflasi menjadi perhatian utama dalam dunia ekonomi dan dampaknya pada aset berisiko seperti kripto semakin nyata. Sebagai mata uang digital, Bitcoin dan aset kripto lainnya sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan ekonomi.

Inflasi, yang sering disebut sebagai “pajak tak terlihat,” telah menjadi musuh besar bagi portofolio kripto.

Dengan kondisi ekonomi global yang terus bergejolak, bagaimana inflasi memengaruhi kripto di tahun 2025? Berikut penjelasan berdasarkan pandangan analis dan influencer kripto Lark Davis.

Apa Itu Inflasi dan Dampaknya?

Inflasi merupakan peningkatan harga barang dan jasa dalam periode tertentu, yang menyebabkan nilai uang menurun.

Misalnya, harga bahan bakar yang pada tahun 2015 hanya sekitar US$2,50 per galon kini melonjak menjadi US$3,50, meningkat sekitar 40 persen dalam satu dekade.

“Inflasi adalah pencuri daya beli,” ujar Lark Davis.

Indeks Harga Konsumen (CPI) menjadi indikator utama untuk mengukur inflasi. Di AS, data ini dirilis setiap bulan oleh Bureau of Labor Statistics (BLS). CPI mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, perumahan, dan transportasi.

Menurut Davis, data CPI terbaru menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 2,9 persen dari tahun sebelumnya, sementara inflasi inti (yang tidak mencakup harga energi dan makanan) naik 3,2 persen, sedikit di bawah prediksi analis.

Bagaimana Inflasi Memengaruhi Kripto?

Inflasi yang tinggi sering memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga guna mendinginkan perekonomian. Kebijakan ini dapat berdampak negatif pada aset berisiko, termasuk kripto.

“Ketika suku bunga tinggi, biaya pinjaman meningkat dan ini menekan investasi pada aset [berisiko] seperti Bitcoin,” jelas Davis.

Sebaliknya, suku bunga yang rendah dapat memicu likuiditas lebih tinggi dan mendorong harga aset kripto naik.

“Namun, situasi ini tidak selalu sederhana. Pasar kripto sering kali merespons kebijakan The Fed dengan cara yang tidak terduga,” tambah Davis.

Pada tahun 2025, proyeksi inflasi sebesar 2 persen menjadi patokan utama The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, kemungkinan besar hanya akan ada dua penurunan suku bunga dibandingkan proyeksi awal yang mencapai empat hingga tujuh kali.

Harapan dari Kebijakan Baru

Kondisi pasar kripto pada tahun 2025 juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baru yang lebih pro-kripto.

“Kebijakan seperti penghapusan pajak keuntungan modal untuk aset kripto yang diterbitkan oleh perusahaan terdaftar di AS dapat memberikan angin segar,” ungkap Davis.

Selain itu, rencana pemerintah untuk membuat cadangan strategis Bitcoin dan mendukung altcoin ETF seperti Solana dan XRP dapat menjadi katalis positif. Di sisi lain, Davis mengingatkan bahwa inflasi tetap menjadi ancaman utama.

“Kenaikan kecil dalam CPI, seperti 0,4 persen pada bulan Desember, meskipun terlihat sepele, menunjukkan potensi percepatan inflasi,” ujarnya.

Dengan meningkatnya biaya energi sebesar 2,6 persen, lebih dari 40 persen dari kenaikan CPI disebabkan oleh sektor ini.

Dampak inflasi terhadap pasar kripto di tahun 2025 akan sangat tergantung pada kebijakan bank sentral dan kondisi ekonomi global. Dengan kebijakan pro-kripto dan inflasi yang terkendali, pasar berpotensi memasuki fase bullish. Namun, jika inflasi terus melonjak, tekanan pada pasar kripto akan kian besar.

“Inflasi adalah tamu yang tidak diundang dalam ekonomi kita, tetapi dengan kebijakan yang tepat, kripto bisa membalikkan keadaan,” ujar Davis menutup pembahasannya. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait