Ketika BRICS Menantang Kekuatan Keuangan Barat

Meningkatnya blok ekonomi dari aliansi BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan, menandakan pergeseran dalam tatanan global dan menimbulkan tantangan terhadap dominasi sistem keuangan yang dipimpin oleh Barat.

Minat yang semakin meningkat untuk bergabung dengan BRICS menunjukkan potensi blok ini dalam membentuk lanskap internasional.

Artikel ini mengkaji alasan di balik daya tarik yang meningkat terhadap BRICS, implikasinya bagi AS, serta dinamika internal dan tantangan dalam kelompok tersebut.

Persepsi Global yang Berubah 

Salah satu faktor utama di balik meningkatnya minat terhadap BRICS adalah persepsi bahwa AS telah menjadi pemimpin global yang tidak dapat diandalkan dan terlalu dominan.

Tindakan kebijakan luar negeri AAS, termasuk masalah seperti batas utang dan sanksi, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara di seluruh dunia.

Penggunaan mekanisme internasional untuk menghukum negara-negara yang tidak sependapat dan dominasi AS dalam lembaga seperti G7 telah merusak kepercayaan terhadap kepemimpinannya.

Akibatnya, pemimpin global dari berbagai wilayah, termasuk Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah dan Timur Tengah, bersama dengan Tiongkok dan Rusia, mulai mempertanyakan kredibilitas AS sebagai pemimpin global yang bertanggung jawab.

BRICS sebagai Aliansi Alternatif

BRICS, awalnya dikenal sebagai “BRIC” sebelum Afrika Selatan bergabung, dan telah menyaksikan minat yang signifikan dalam setahun terakhir, dengan negara-negara yang menyatakan keinginan untuk bergabung atau berinteraksi dengan kelompok ini.

Tujuan aliansi ini melampaui tantangan terhadap sistem keuangan yang dipimpin oleh Barat. BRICS bertujuan untuk memupuk saling menghormati, kesetaraan dan kerja sama di antara negara-negara anggotanya dalam mengatasi masalah ekonomi dan sosial.

Agenda BRICS mencakup bidang keamanan, pemulihan pasca pandemi, berbagi teknologi, pembangunan berkelanjutan dan pertukaran antarindividu.

Diversifikasi Akses Pasar dan Dedolarisasi

Pada inti misi BRICS terdapat upaya untuk mendiversifikasi akses pasar agar tidak terlalu bergantung pada dominasi dolar AS dan jaringan keuangan yang dipimpin oleh AS.

Kelompok ini berupaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan meminimalkan kerentanan terhadap sanksi AS.

Pendirian Bank Pembangunan Baru (New Development Bank/NDB) yang berbasis di Shanghai telah memainkan peran penting dalam diversifikasi ini, dengan memperluas kemitraan di luar anggota inti.

NDB menyediakan sumber pembiayaan alternatif untuk pembangunan infrastruktur, terutama bagi negara-negara di Global Selatan yang memiliki pilihan terbatas dari sumber-sumber tradisional seperti Bank Dunia.

Selain itu, negara-negara dengan hubungan yang kompleks dengan kekuatan Barat melihat NDB sebagai peluang untuk mengakses pembiayaan dan pengaruh di luar forum-forum yang didominasi oleh Barat.

Tantangan dan Perselisihan Internal

Meskipun BRICS mempresentasikan diri sebagai blok ekonomi yang bersatu, tantangan dan perselisihan internal tetap ada. Misalnya, hubungan antara Tiongkok dan India ditandai oleh sengketa perbatasan yang berlangsung lama dan ketegangan bilateral.

Namun, meskipun masalah ini, kedua negara telah berhasil bekerja sama dalam kerangka BRICS dan melalui institusinya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa bahkan negara-negara dengan konflik yang signifikan dapat menemukan titik temu dan mendapat manfaat dari kerja sama dalam kerangka BRICS.

Peran Amerika Serikat

Saat BRICS berkembang dan semakin dikenal, Amerika Serikat menghadapi tantangan untuk mengakomodasi keinginan negara-negara untuk berinteraksi dengan berbagai kekuatan global sambil tetap menjaga kemitraan tradisionalnya.

AS harus mengakui perubahan dalam tatanan global dan multipolaritas dunia.

Alih-alih mempersoalkan proyek BRICS dan inisiatif non-afiliasi baru, Amerika Serikat harus menyesuaikan pendekatan kebijakan luar negerinya untuk mencerminkan dinamika yang berkembang.

AS harus menghindari memberikan tekanan kepada negara-negara untuk memilih antara AS dan Tiongkok, karena hal ini dapat membuat mereka lebih dekat dengan Tiongkok karena kemitraan ekonomi dan perdagangan.

BRICS muncul sebagai kekuatan yang kuat dalam arena internasional, menantang sistem keuangan yang dipimpin oleh Barat dan menyediakan aliansi alternatif bagi negara-negara yang kecewa dengan pendekatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Dengan agenda ambisius dan upaya untuk mendiversifikasi akses pasar dan dedolarisasi, BRICS telah menarik minat yang semakin meningkat dari negara-negara yang mencari kemitraan ekonomi dan sosial baru.

Meskipun tantangan dan perselisihan internal ada dalam kelompok ini, negara-negara seperti Tiongkok dan India telah menunjukkan bahwa kerja sama adalah mungkin meskipun konflik yang ada.

Sebagai pemimpin global, AS harus mengakui dinamika yang berubah dan menyesuaikan pendekatan kebijakan luar negerinya sesuai dengan hal tersebut, mengakui multipolaritas dunia dan berusaha untuk kerja sama daripada persaingan dengan aliansi baru seperti BRICS. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait