Media massa di Tiongkok terkenal “dikendalikan” oleh Pemerintah Tiongkok yang berkarakter sentralistik. Ulasan-ulasan terkait Bitcoin sebenarnya jarang didengar, tetapi tidak kali ini oleh South China Morning Post (SCMP), media massa berpengaruh Tiongkok, yang versi korannya dimiliki oleh Alibaba Group. Belum lama ini SCMP mengetengahkan ulasan khusus soal kiat mendulang cuan dari Bitcoin, berdasarkan wawancara dengan sejumlah narasumber.
Bidang investasi dan keuangan seringkali menjadi lahannya para profesional di Wall Street. Tetapi soal aset kripto, kaum mudalah yang memimpin perubahan di industri ini. South China Morning Post mewawancarai investor kripto muda Patrick Cho dan Maxine Ryan, pendiri platform pengiriman uang Bitspark, mengenai ketertarikan kaum muda terhadap kripto.
Cho memasuki pasar aset kripto ketika baru berusia 12 tahun. Ia membelanjakan uang angpau Tahun Baru untuk melakukan investasi pertamanya. Ia bercerita, “Saya membeli dua Bitcoin senilai US$490. Uang itu kemudian menjadi dua kali lipat, tiga kali lipat, hingga lima tahun kemudian bernilai lebih dari US$500 ribu.”
Keputusannya berinvestasi berasal dari ketidakpercayaan terhadap sistem bank sentral. Ayah Cho kehilangan uang saat ada yang menyalahgunakan kartu kreditnya. Mereka berhasil mengembalikan sejumlah kerugian, tetapi pengalaman itu membuat Cho sulit kembali memercayai bank.
Dalam kripto, perpindahan uang terjadi secara langsung antar pihak, tanpa ada perantara seperti bank. Ryan setuju hal tersebut berdampak terhadap banyaknya investor muda, tetapi ia berkata faktor lain, yaitu potensi pertumbuhan di dunia digital, juga berpengaruh.
“Semakin banyak hal yang menjadi digital. Berbagi informasi dilakukan secara daring, sehingga uang juga akan didigitalkan. Orang muda bisa melihat potensi kripto dan tertarik potensinya,” jelas Ryan.
Orangtua Cho mendukung keputusan anak mereka. Ayah Cho awalnya ragu, tetapi kemudian mengajarkannya tentang investasi dan pasar saham. Sedangkan Ryan berpendapat, kendati berinvestasi mengandung resiko, hal itu bisa mendidiknya soal tanggung jawab keuangan dan membuat keputusan yang baik di masa depan.
Aset kripto terbilang sebagai investasi beresiko akibat volatilitas yang cepat dan mendadak. Cho mengatakan, hal apapun, dari konflik antar negara hingga pengembangan peranti lunak, bisa mengubah banyak hal. Satu artikel buruk bisa berdampak drastis, sehingga ia harus sadar akan semua berita yang terjadi.
Keharusan mengetahui fluktuasi terbaru tersebut membuat Cho akhirnya berhenti berinvestasi. Ia menjelaskan, volatilitas kripto terlalu beresiko untuk investasi saat ia masih menjadi pelajar dan berpengaruh terhadap kemampuannya berkonsentrasi kepada mata pelajaran.
“Tanpa pemahaman menyeluruh tentang investasi yang dilakukan, kamu bisa kehilangan uang cepat. JIka saya tertinggal informasi sedikit, saya bisa kehilangan 50 persen uang saya hanya dalam 12 menit,” jelas Cho.
Soal menghindari kerugian besar, Ryan menasihati agar jangan berinvestasi jumlah yang terlalu besar. Investor kripto harus membuat keputusan cerdas dan terus mengetahui kabar industri. Lebih penting, Ryan berkata agar jangan pernah emosional dan terus fokus mengejar tujuan hingga tercapai.
Saat ini, Cho memindahkan dana kriptonya ke saham yang menurut ia lebih stabil. Sebagian cuan yang ia raih akan dipakai untuk membayar biaya kuliah. Kendati demikian, ia masih menyimpan satu Bitcoin untuk melihat apa yang akan terjadi.
“Saya pikir kripto akan memiliki peran yang besar saat kami kaum muda menjadi dewasa, sebab kripto merupakan cara yang lebih aman untuk mengirim uang,” pungkas Cho. Ryan setuju, dan berkata kripto akan menjadi alat untuk menyimpan, mengirim dan mengubah nilai di masa depan. [scmp.com/ed]