Pada petang hari, 12 Maret 2020 lalu, harga Bitcoin terjun bebas ke US$5.910 dari US$7.349 kurang dari 2 jam. Pasar Bitcoin turun drastis lebih dari 24 persen dalam 24 jam terakhir. Ketika itu harga Raja Aset Kripto berdarah sejadi-jadi, untuk tak menyebut sebuah peluang beli yang terlewatkan. Berikut adalah nukilan lengkap artikel yang diterbitkan pada 12 Maret 2020 pukul 16:16 WIB.
Bitcoin Undur Diri, Sekian dan Terima Gaji
Dalam sebuah siklus, Bitcoin harus undur diri dulu. Entah itu karena virus Corona, entah pula mungkin ekonomi sedang menuju resesi. Entah pula gara-gara PlusToken. Sebuah peluang, ketika Raja Aset Kripto itu terus meluncur mendekati US$6.900?
Bitcoin terjun bebas ke US$5.910 dari US$7.349 kurang dari 2 jam malam ini. Pasar Bitcoin turun drastis lebih dari 24 persen dalam 24 jam terakhir.
Christopher Tahir dari Pendiri Komunitas CryptoWatch berpendapat ambyarnya Bitcoin akibat pegiat aset kripto terlampau optimistis bahwa Bitcoin adalah aset safe haven.
“Bitcoin memang memiliki sebagian dari karakter safe haven, hanya saja belum terbukti unggul menghadapi badai krisis seperti saat ini. Biarlah krisis kali ini menguji Bitcoin,” tegasnya.
Di tengah ambrolnya Bitcoin, PlusToken selayak seekor kambing hitam—alih-alih biang keladi—di balik anjloknya harga Bitcoin selama lebih dari sepekan terakhir. 13 ribu Bitcoin oleh PlusToken sudah membanjiri pasar sejak kemarin, kata Kevin Svenson, analis aset kripto.
Sabtu lalu, menjelang ambyarnya pasar keuangan tradisional, penjahat aset kripto PlusToken memindahkan Bitcoin senilai lebih dari US$$100 juta. Mereka bukan menggunakan wallet ecek-ecek, tetapi menggunakan “teknik Mixer”, untuk menyamarkan pangkal dan ujung transaksi.
“Mereka mungkin kemudian menjual Bitcoin itu, sehingga menyebabkan harga turun karena pasokan membanjiri pasar,” menurut Ashish Singhal, CEO CoinSwitch kepada CoinDesk.
Bitcoin telah berjuang melawan penurunan volume perdagangan dan adopsi yang macet dalam beberapa bulan terakhir. Tapi, lembeknya langkah itu bersilangkait dengan permintaan yang kecil dan konsentrasi beli oleh para “hodler” besar yang hanya 11 persen.
Per 12 Maret 2020, berdasarkan data di Coinmarketcap, di harga saat ini, US$7.400 per BTC, ada sekitar 52,5 persen dari hodler yang masuk ke pasar. Sedangkan yang keluar mencapai 40,8 persen.
Data itu mendekati data soal demografi transaksi, di mana sekitar 54 persen dikuasai oleh Barat dan 45,2 persen oleh Timur. Keduanya hampir berimbang.
Dalam konteks Bitcoin seolah-olah turun gara-gara PlusToken, bukankah ada ada pihak lain justru menjual lebih banyak Bitcoin lagi, karena merasa Raja Aset Kripto itu tak lagi mampu menopang nilai uangnya?
Tiada mungkin menahan orang, termasuk penjahat PlusToken sekalipun untuk tak menjual Bitcoin-nya di tengah kesuraman pasar uang tradisional, akibat pandemi virus Corona.
Pun barangkali penjahat PlusToken mungkin tak peduli soal Corona. Toh, yang penting cuan!
Bagi kita ini adalah sebuah penegasan bahwa Bitcoin adalah aset yang sangat berisiko. Ini jelas tidak main-main, sebuah kisah nyata pasar uang yang luar biasa bebas. Tidak ada circuit breaker di dalamnya.
Jikalau pun Anda setuju dengan pendapat Bos Triv ini silahkan saja. Dia bilang begini kemarin, “Dalam situasi itu, selain jangan panik, Anda terus perhatikan tren harga Bitcoin dan S&P 500.”
Jika S&P 500 melemah, walaupun ada Bitcoin Halving, maka harga Bitcoin juga pasti terkena dampaknya.
“Ingatlah, jikalau Anda adalah daily trader, maka pahami jika resesi terjadi, maka kita akan kembali ke bear market. Jika Anda long term holder, ikuti pepatah ini: ‘Nothing goes straight up or straight down’. Bahkan dalam jangka panjang Bitcoin tetap merupakan aset yang sangat unik dan tidak ada duanya,” tegasnya. Sebuah peluang. [red]