Tak banyak berubah beberapa hari setelah 1 Desember 2020, ketika resmi masuk tahap main net, saat ini total staking di Ethereum 2.0 menjadi 1.484.609 ETH. Imbalan ETH yang diperoleh oleh staker adalah 12,8 persen secara tahunan (APR).
Dengan kurs saat ini, total staking ETH sebanyak itu setara dengan Rp12,2 triliun dengan kurs saat ini @US$583,24 per ETH.
Tanggal 1 Desember 2020 adalah sejarah penting bagi Ethereum yang beraset kripto Ether (ETH) itu.
Pada tanggal itulah dimulai tahap pertama (phase 0) bagi Ethereum guna menapakai sistem Proof-of-Stake. Kelak dalam beberapa tahun kemudian akan sepenuhnya meninggalkan sistem Proof-of-Work.
Proof-of-Stake memang menjanjikan ribuan transaksi yang dapat dikelola dalam satuan detik, termasuk guna menekan fee transaksi ketika transaksi sedang banyak-banyaknya.
Proof-of-Stake tidak mengandalkan seberapa banyak energi yang melewati alat tambang ETH, tetapi seberapa banyak aset kripto ETH yang dilaburkan ke dalam jaringan.
Miner pun berubah istilah menjadi validator yang memeriksa dan memverifikasi setiap transaksi.
Dengan total staking sebanyak 1.484.609 ETH, maka secara tahunan validator mendapatkan imbalan sebanyak 12,8 persen.
Tetapi, imbalan itu tidak dapat ditarik hingga phase 1.5 yang diperkirakan berakhir pada tahun 2022. Mekanisme ini amat penting guna menekan depresiasi harga ETH di pasar.
Dengan hadirnya versi baru Ethereum itu, maka dapat dipastikan bermunculan layanan staking yang tanpa perlu menyetorkan 32 ETH ke deposit contract, tidak juga perlu menyetel layanan komputer cloud yang rumit itu.
Investor yang ingin mendapatkan imbalan cukup menyetor seberapa banyak ETH yang dia miliki kepada penyedia jasa staking, selayaknya deposito di layanan perbankan. Mudah dan praktis. [red]