Teknologi komputasi kuantum Google disebut bisa memperkuat algoritma konsensus blockchain, yakni Proof of Stake (PoS). Hal itu disampaikan Scott Aaronson, peneliti teori kuantum di Universitas Texas, Amerika Serikat kepada Fortune.
PoS adalah mekanisme konsensus di mana “penemu blok” dipilih secara acak dengan probabilitas sebanding jumlah aset kripto yang disimpannya (stake). Kendati demikian, metode ini diragukan soal kemurnian pemilihan acaknya.
Aaronson menjelaskan komputasi kuantum dapat meredakan keraguan terhadap PoS. Sebab, uji coba kuantum bisa menghasilkan angka acak yang lebih pasti dan akurat.
“Uji coba komputasi kuantum dapat digunakan untuk menghasilkan bilangan bit yang terbukti benar-benar acak bagi pihak ketiga, dengan asumsi tertentu. Hal ini memiliki potensi bagi blockchain berbasis PoS dan protokol kriptografis lainnya,” jelas Aaronson.
Pada 23 Oktober 2019, Google menerbitkan hasil uji coba komputer kuantum di situs web NASA. Namun tak beberapa lama dokumen itu dihapus.
Dalam uji coba itu, prosesor 54 qubit bernama “Sycamore” membutuhkan 200 detik untuk mendapat satu juta sampel dalam satu sirkuit kuantum. Sebagai perbandingan komputer super milik IBM, Summit, yang disebut sebagai komputer terkuat di dunia, membutuhkan 10 ribu tahun untuk melakukan proses yang sama.
Google mengklaim uji coba itu menantang teori Church-Turing yang menyatakan komputer tradisional bisa melakukan komputasi model apapun yang masuk akal. Google menyebutkan, mereka menjalankan sirkuit dari 12 hingga 53 qubit dan mempertahankan kedalamannya konstan. Kami memeriksa kinerja komputer kuantum memakai simulasi klasik dan membandingkannya dengan model teoretis.
Setelah Google memverifikasi sistemnya berjalan, mereka menjalankan sirkuit 53 qubit dan kedalaman (depth) bertambah sampai titik, di mana simulasi klasik gagal. Dengan adanya komputasi kuantum yang tidak bisa dilakukan komputer biasa, Google telah membuka peluang baru di dunia komputasi.
Berita pencapaian komputer kuantum Google sempat membuat heboh komunitas kripto sebab diduga dapat melemahkan keamanan Bitcoin. Tetapi mantan pengembang Bitcoin Core Peter Todd meredam ketakutan tersebut dengan alasan halangan finansial pengembangan komputer kuantum sudah cukup untuk mengamankan Bitcoin dari masalah apapun. [cointelegraph.com/ed]