Konsep kecerdasan buatan (AI) memang semakin populer sejak akhir 2024, terutama dengan kemunculan berbagai perusahaan yang menawarkan teknologi AI canggih. Persaingan semakin ketat dengan masuknya pemain baru seperti DeepSeek. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, tren positif ini tampaknya tidak berbanding lurus dengan performa kripto AI.
Tren Kripto AI Mencapai Puncak?
Berdasarkan data terbaru dari CoinMarketCap, kapitalisasi pasar token AI mengalami penurunan tajam dalam 30 hari terakhir. Dari sebelumnya berada di level US$37 miliar, kini turun menjadi US$28 miliar, yang berarti terjadi penurunan sekitar 23 persen.Â
Tidak hanya itu saja, volume perdagangan juga memperlihatkan indikasi penurunan minat, dengan penurunan sebesar 32 persen dan kini hanya berkisar di angka US$2,1 miliar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tren kripto AI kemungkinan telah mencapai puncaknya.Â

Beberapa analis berpendapat bahwa antusiasme terhadap proyek blockchain yang mengimplementasikan artificial intelligence hanya bersifat sesaat dan tidak disertai dengan fundamental yang kuat.
Salah satunya adalah trader CryptoCosta yang menegaskan bahwa tren AI dalam dunia kripto telah mencapai titik jenuh dan mulai memasuki fase penurunan.
“Seluruh hype kripto AI sudah mereda, sekarang waktunya bagi mereka yang menawarkan solusi pasar dan memiliki pendapatan,” tulisnya di X, Sabtu (22/03/2025).
Senada dengan itu, pendiri Binance, Changpeng Zhao, juga menyoroti fenomena koin AI dengan mengkritik produk yang hanya mengandalkan tren sesaat tanpa menghadirkan utilitas nyata.
“Kripto adalah mata uang untuk AI, tapi tidak setiap agen memerlukan token AI sendiri. AI agents dapat menerima kripto yang sudah ada untuk menyediakan layanan. Luncurkan koin hanya jika sudah memiliki skala. Fokus pada utilitas, bukan koin AI,” tulis Zhao di X, Senin (17/03/2025).
Skeptisisme terhadap token AI juga datang dari Sygnum Bank. Dalam risetnya, mereka menyebutkan bahwa meskipun eksplorasi terhadap AI menciptakan peluang yang besar, saat ini kripto AI masih bersifat sangat spekulatif.
NVIDIA Bearish, Pasar AI Ikut Lesu?
Selain faktor internal seperti kurangnya utilitas dan ketergantungan pada hype sesaat, penurunan minat terhadap token AI juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya adalah pergerakan harga saham Nvidia yang menunjukkan pola bearish.
Menurut data dari Barchart, sebuah penyedia data pasar keuangan, saham Nvidia baru saja mengalami “Death Cross” untuk pertama kalinya sejak April 2022. Fenomena ini sebelumnya mengakibatkan penurunan harga saham hingga 47 persen.
“Nvidia (NVDA) baru saja membentuk Death Cross untuk pertama kalinya sejak April 2022. Terakhir kali, hal ini membuat saham anjlok 47 persen dalam 6 bulan berikutnya,” ungkap Barchart di X, Minggu (23/03/2025).

Hubungan antara penurunan saham Nvidia dan menurunnya minat terhadap kripto AI bukanlah tanpa alasan. Menurut laporan Nasdaq, mereka saat ini mendominasi pasar chip AI dengan pangsa pasar sebesar 80 persen.Â
Dengan peran pentingnya dalam pengembangan kecerdasan buatan, potensi penurunan saham Nvidia (NVDA) dapat memicu sentimen negatif terhadap sektor kecerdasan buatan.
Namun, apakah ini berarti kripto AI sudah tidak memiliki masa depan? Mengingat segmen ini masih tergolong baru, peluang tetap terbuka bagi proyek yang mampu menghadirkan solusi nyata dan utilitas yang lebih jelas.Â
Keberlanjutan tren ini kemungkinan besar akan sangat bergantung pada sejauh mana proyek AI dapat berkembang secara nyata, tidak hanya sekadar spekulasi, dan membuktikan nilai praktisnya di pasar. [dp]