Walaupun ada kecemasan mengenai keadaan blockchain saat ini, di mana developer berjibaku untuk membuat blockchain lebih aman, desentralistik dan dapat ditingkatkan skalabilitasnya, patut diakui teknologi Internet mengalami kendala serupa semasa pertumbuhan dan perkembangannya, seperti “Dotcom Bubble” yang terjadi pada tahun 1999-2000-an.
Dilansir dari CryptoGlobe, Rabu (17/10), hal itu mengemuka pada satu sesi diskusi antara Nega Narula dan Alexis Ohanian di ajang WIRED25 Summit pada 15 Oktober 2018 lalu. Neha Narula adalah Direktur Inisiatif Uang Digital di Media Lab MIT, dan Alexis Ohanian adalah seorang penulis dan juga co-founder Reddit.
Pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, berbagai perusahaan mencoba mengubah brand mereka menjadi sesuatu yang terkait dengan “dotcom” dan meluncurkan produk-produk baru agar memiliki keunggulan kompetitif. Tidak lama kemudian, gelembung DotCom meletus. Ratusan perusahaan di seluruh dunia yang berembel-embel Internet, seketika gulung tikar.
Namun setelah itu ada yang bertahan ataupun muncul yang baru dengan menawarkan beberapa layanan berbasis Internet. Perusahaan-perusahaan yang berhasil bertahan, mendahului kesuksesannya melalui banyak eksperimen dan berjibaku dengan segala macam ide-ide baru. Hingga saat ini kita menikmati layanan Facebook, Youtube, Wikipedia, Flickr dan lain sebagainya.
Berkomentar mengenai demam ICO 2017, Ohanian mengungkapkan, saat ini adalah waktu yang bagus, karena sebagian besar kaum oportunis sudah bubar.
“Kondisi teknologi kripto saat ini, beserta tingkat kesadaran dan laju adopsinya, mirip dengan Internet pada awal tahun 1990-an. Perkembangan distributed ledger technology (DLT) hari ini misalnya, bisa dibandingkan dengan Internet sebelumnya munculnya peramban Netscape Navigator pada akhir 1994,” kata Ohanian.
Menurut Ohanian, Netscape membuat akses Internet menjadi lebih intuitif, mudah dan sederhana bagi khalayak ramai. Ia yakin terobosan serupa di industri kripto yang masih muda ini sangat dibutuhkan agar teknologi ini menjadi lebih ramah bagi pengguna dan praktis diadopsi oleh orang awam.
Narula berpendapat bahwa teknologi kripto saat ini masih primitif. Ia menjelaskan perkembangan kripto saat ini seperti Internet pada akhir tahun 1970-an, jauh sebelum munculnya protokol TCP/IP serta adopsi mainstream-nya.
“Kita jangan beranggapan bahwa uang digital akan berguna dan banyak dipakai seperti Internet. Tetapi harus saya akui bahwa perkembangan kripto lebih cepat dari perkiraan saya sebelumnya. Pada awalnya Internet dibangun secara rahasia di tangan Pentagon. Namun, selangkah demi selangkah perkembangannya masuk ke kampus dan sebagian peneliti. Pada saat masuk ke dunia sipil pun, pada saat itu, sebagian besar orang tidak memerhatikan Internet di masa-masa awal. Sebab, bisnis-bisnis tidak terlibat dalam penciptaan terobosan teknologi yang mendorong Internet menjadi seperti sekarang, sehingga akademisi dan developer tidak didesak memenuhi tenggat waktu,” jelas Narula.
Kendati demikian, jelas Narula, pengembang blockchain saat ini berada dalam kondisi penuh tekanan agar mengembangkan peranti lunak. Karena, startup kripto beroperasi menggunakan dana yang ketat dan sangat fokus menghasilkan profit.
“Musim dingin kripto”, atau bearish market berguna bagi ekosistem kripto yang masih rapuh, karena akan mengurangi tekanan dari investor,” tambah Narula. [ed]