Krisis Global Nggak Ngaruh, Modal Tetap Ngacir ke Aset Kripto

Ketika banyak pelaku pasar menunggu sinyal pemangkasan suku bunga dari The Fed, sebagian investor aset kripto justru mulai melirik arah lain. Video terbaru dari Lark Davis menyoroti satu hal penting yang sering terlewat, yakni pasar kripto dan teknologi tak harus menunggu restu dari kebijakan moneter untuk kembali melonjak.

Davis mengajak kita menengok kembali ke era 1990-an, saat gelembung dot-com mengubah wajah pasar global. Dari tahun 1994 hingga awal 2000, indeks Nasdaq melonjak lebih dari 500 persen.

Namun yang menarik, saat itu suku bunga acuan di AS tidak rendah, berkisar antara 4 hingga 6 persen. Bahkan pada puncaknya di tahun 2000, suku bunga The Fed menyentuh angka 6,5 persen, sementara inflasi juga melampaui target dua persen, serupa dengan kondisi sekarang.

“Orang-orang tidak menunggu skenario makroekonomi yang sempurna. Mereka mengejar momentum inovasi,” ujar Davis.

Pandangan ini membantah narasi dominan bahwa kripto hanya bisa naik jika suku bunga diturunkan.

Aset Kripto Tetap Dilirik Meski Dunia Dilanda Krisis

Di sisi lain, era tersebut juga dipenuhi gejolak geopolitik, mulai dari serangan udara NATO, krisis finansial Rusia, hingga keruntuhan mata uang Asia. Namun demikian, semua itu tidak mampu menghentikan lonjakan saham-saham teknologi.

Bahkan saat pasar global gemetar, investor tetap percaya pada potensi jangka panjang dari teknologi internet saat itu. Pola yang sama kini terlihat di sektor kripto dan kecerdasan buatan (AI).

Lebih lanjut lagi, Davis menyebut bahwa saat ini kita berada dalam fase awal dari sebuah “gelembung inovasi.” Meskipun istilah ini terdengar negatif, ia justru menyiratkan bahwa modal besar mulai mengalir ke sektor-sektor yang dipandang akan mendefinisikan masa depan, seperti aset kripto, AI dan robotik.

Fokus Investor Bergeser ke Arah Fundamentalisme Teknologi

Davis juga menunjukkan bahwa apa yang mendorong pasar bukan hanya suku bunga, tetapi juga ekspektasi ke depan, tren adopsi, dan arus likuiditas global.

Saat ini, Bitcoin ETF di AS sudah menguasai sekitar 6 persen dari total pasokan Bitcoin, dengan BlackRock sendiri memegang lebih dari 3 persen.

“Bayangkan, lima tahun lalu hal ini terdengar mustahil,” ujarnya.

Ia juga menyinggung lonjakan nilai tokenisasi aset dunia nyata yang kini mencapai US$24 miliar, dan berpotensi tumbuh hingga US$30 triliun sebelum akhir dekade. Meski angka tersebut terdengar fantastis, menurut Davis, bahkan setengah atau sepertiga dari proyeksi itu sudah cukup untuk mengangkat harga aset digital secara masif.

Jadi, Haruskah Kita Tetap Menunggu The Fed?

Menurut Davis, ketergantungan pasar terhadap pernyataan Jerome Powell atau langkah The Fed sebenarnya sudah mulai berkurang. Kapital tidak lagi menunggu sinyal pemangkasan suku bunga untuk masuk. Sebaliknya, modal mulai bergerak karena narasi seputar teknologi transformatif semakin kuat.

“Bitcoin adalah aset netral tanpa batas, tidak bergantung pada kepercayaan terhadap satu negara pun,” ujar Davis.

Ia bahkan menyebut Bitcoin sebagai “exit plan,” rencana cadangan saat segala hal menjadi tidak pasti.

Davis pun menutup dengan nada tegas, menyampaikan bahwa The Fed sebaiknya tidak lagi diposisikan sebagai tokoh utama dalam dinamika pasar. Menurutnya, institusi tersebut hanyalah bagian dari cerita yang lebih besar, sementara narasi utama kini justru berpusat pada AI, kripto dan energi. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait