Bakal calon (balon) Menteri Keuangan AS, Janet Yellen menuduh Bitcoin Cs banyak dipakai dalam aksi kriminal.
Berbicara di sidang mengatakan, berkata aset kripto mengkhawatirkan, sebab terkait tindak kriminal dan pendanaan teroris.
“Saya pikir aset kripto digunakan untuk transaksi ilegal. Kami perlu memeriksa bagaimana cara mengurangi penggunaannya dan memastikan pencucian uang tidak terjadi melalui jalur itu,” kata Yellen.
Faktanya adalah sebaliknya, mayoritas aset kripto tidak digunakan untuk kejahatan. Menurut laporan Chainalysis 2021, pada tahun 2019, tindak kriminal hanya mencakup 2,1 persen volume transaksi aset kripto, senilai US$21,4 milyar.
Di tahun 2020, nilai itu menurun menjadi 0,34 persen, atau senilai US$10 milyar.
Menurut PBB, diperkirakan 2 hingga 5 persen PDB Global, senilai US$1,6 hingga US4 trilyun, terkait dengan pencucian uang dan kegiatan ilegal setiap tahun.
Hal ini berarti tindak kriminal memakai transaksi kripto sangat kecil dibanding uang fiat, seperti dolar, dan semakin turun per tahun.
Jake Chervinsky, penasihat umum Compound Labs kecewa mendengar pernyataan Yellen. Ia berkata pandangan tersebut keliru dan penting mengingat aset kripto adalah isu kecil dibanding permasalahan lain yang dihadapi Kementerian Keuangan, sehingga Yellen belum sempat mengkajinya secara mendalam.
Sejumlah regulator menunjuk Zcash dan kripto privasi lain sebagai sumber pencucian uang.
Kripto privasi seringkali memakai protokol zero knowledge untuk melindungi informasi pengguna dari pihak lain dalam sebuah transaksi. Pengguna dapat memutuskan apakah informasi dana transparan atau terlindungi.
Tahun lalu, Rand Corporation melakukan studi penggunaan kripto privasi. Perusahaan nirlaba tersebut menemukan 99 persen transaksi kripto dilakukan melalui bursa sentralistik yang dapat dikenakan regulasi anti pencucian uang seperti bank atau bursa konvensional.
Studi tersebut menyimpulkan tidak banyak bukti teknologi privasi Zcash dimanfaatkan oleh oknum kriminal.
Rand justru lebih menyoroti Bitcoin sebagai aset kripto yang dipilih oleh kriminal sebab volume transaksinya lebih besar.
Dibanding aset kripto, uang fiat lebih banyak digunakan untuk tindak kriminal. Menurut laporan SWIFT tahun 2020, kasus pencucian uang melalui aset kripto sangat kecil dibanding volume uang yang dicuci melalui metode konvensional.
Pekan lalu, FinCEN mengenakan sanksi sebesar US$390 juta terhadap Capital One atas dasar pelanggaran terhadap Akta Rahasia Bank (BSA) dan regulasi terkait.
Capital One mengakui bersalah dan gagal menerapkan program anti pencucian uang yang efektif.
Bank itu juga mengakui tidak menyerahkan ribuan laporan transaksi mencurigakan terkait grup bisnis Check Cashing Group.
Pelanggaran Capital One berlangsung antara 2008 hingga 2014 dan melibatkan transaksi senilai jutaan dolar yang tidak dilaporkan, termasuk keuntungan terkait kejahatan terorganisir, pengemplangan pajak, penipuan dan tindak kriminal lain yang dicuci melalui sistem keuangan AS.
Kementerian Keuangan ditugaskan menetapkan peraturan yang efektif melawan pencucian uang dan pendanaan terorisme. Aset kripto bukanlah isu besar bila dibandingkan dengan isu uang fiat. [forbes.com/ed]