Setelah sebelumnya Bybit diretas dan kehilangan lebih dari US$1,4 miliar atau sekitar Rp23 triliun, insiden ini tampaknya menjadi titik balik penting bagi industri kripto. Pasalnya, industri ini telah terlalu lama berada di bawah bayang-bayang ancaman hacker. Oleh karena itu, CEO Bybit, Ben Zhou, memperkenalkan platform Lazarus Bounty, di mana setiap orang bisa mendapatkan hadiah jika mereka membantu melaporkan aktivitas peretas.
Lazarus Bounty, Inisiatif Melawan Kejahatan Siber
Setelah sebelumnya Bybit meluncurkan sayembara besar dengan nilai Rp2,2 triliun kini tampaknya mereka semakin serius dan menjadi salah satu pioneer yang memulai gerakan untuk memerangi hacker, seperti Lazarus Group.
Pada 25 Februari 2025, CEO Bybit, Ben Zhou, secara resmi mengumumkan platform baru yang telah mereka rancang dengan nama Lazarus Bounty.

Zhou mengungkapkan bahwa pada platform ini, setiap bounty hunter bisa langsung berpartisipasi dengan menghubungkan wallet mereka untuk melaporkan dan membantu mereka membekukan aset yang dicuri.
“Menjadi bounty hunter dengan menghubungkan dompet dan membantu melacak dana. Ketika bounty yang diajukan berhasil mengarah pada pembekuan, reward akan dibayarkan langsung saat dana dibekukan,” jelasnya di X.
Setiap laporan dari aset kripto yang dicuri oleh kelompok peretas, seperti Lazarus Group dan berhasil dibekukan maka bounty hunter akan mendapatkan hadiah 5 persen dari total nilai aset tersebut.
Cara Kerja Platform Lazarus Bounty
Lazarus Bounty dirancang dengan transparansi penuh, memungkinkan pemantauan langsung terhadap aktivitas pencucian uang oleh kelompok hacker serta dilengkapi dengan papan peringkat bagi bounty hunter.

Platform ini juga menilai pelaku industri berdasarkan respons mereka terhadap transaksi yang melibatkan kelompok yang dikenai sanksi, seperti Lazarus Group. Jika suatu entitas tercatat sebagai “bad actor,” berarti mereka terlibat dalam memfasilitasi transaksi kripto ilegal.
Salah satu contohnya adalah bursa eXch, yang sebelumnya diduga membantu kelompok peretas Lazarus Group dalam menyalurkan dana dari kasus peretasan Bybit dengan nilai lebih dari US$94 juta.
Lazarus Bounty menyediakan API yang selalu diperbarui untuk melacak wallet yang terhubung dengan aktivitas ilegal. Informasi ini tersedia bagi platform analisis blockchain seperti Chainalysis, Arkham, Elliptic, dan TRM Labs.
Zhou menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar hype sesaat, melainkan titik balik penting dalam pemberantasan kejahatan siber. Tujuannya adalah memastikan bahwa kelompok peretas seperti Lazarus Group serta aktor jahat lainnya di industri ini dapat diberantas sepenuhnya.
“Kami telah menugaskan tim khusus untuk menjaga dan memperbarui situs ini. Kami tidak akan berhenti sampai Lazarus atau pelaku jahat di industri ini diberantas. Di masa depan, kami juga akan membuka platform ini untuk korban Lazarus lainnya,” tegasnya di X.
Meningkatnya Serangan Siber di Industri Kripto
Langkah yang diambil oleh Bybit untuk menyediakan wadah seperti platform Lazarus Bounty tampaknya menjadi titik balik penting yang seharusnya sudah dilakukan sejak lama oleh semua pihak.
Menurut laporan yang dirilis oleh Chainalysis pada Desember 2024, terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam serangan siber. Riset tersebut mengungkapkan bahwa kasus peretasan pada 2024 meningkat lebih dari 21 persen dibandingkan tahun 2023.
“Pada tahun 2024, dana yang dicuri meningkat sekitar 21,07 persen dari year-over-year (YoY) menjadi US$2,2 miliar, dan jumlah insiden peretasan individu meningkat dari 282 kasus pada 2023 menjadi 303 kasus pada 2024,” jelas laporan Chainalysis.

Dengan nilai peretasan Bybit yang mencapai US$1,4 miliar pada 2025, jumlah ini sudah mewakili hampir setengah dari total kerugian akibat peretasan yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Ke depan, kerja sama antara berbagai pihak, seperti yang terlihat dalam insiden peretasan Bybit, akan menjadi faktor krusial dalam mencegah kejadian serupa terulang kembali. Langkah ini juga diharapkan dapat mempersempit ruang gerak pelaku kejahatan siber, seperti Lazarus Group. [dp]