Pada akhir September, ada lebih dari 34 ribu Bitcoin (BTC) yang keluar dari bursa kripto. Itu terjadi hanya dalam sehari saja.
Bitcoin sampai saat ini masih menjadi acuan investor altcoin untuk membaca sentimen pasar melalui pergerakan harganya. Sehingga, pergerakan koin dalam jumlah besar, terlebih dalam satu hari, akan menjadi pusat perhatian utama.
Lebih dari 34 Ribu BTC Meninggalkan Bursa Kripto
Berdasarkan laporan U Today, perusahaan analitik on-chain Santiment telah melaporkan adanya perpindahan Bitcoin dalam jumlah besar dari bursa kripto.
Pada hari Jumat (30/9/2022), ada 34.723 BTC yang berpindah. Ini menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan menjadi pergerakan terbesar keempat di tahun ini.
👍 #Bitcoin saw 34,723 of its coins move off exchanges on September 30th, indicating what may be a hint of trader confidence heading into Q4. The last time at least this much $BTC left exchanges was June 17th, where prices jumped +22% the next 4 weeks. https://t.co/QUCCAllxtj pic.twitter.com/vPG1RKWUpX
— Santiment (@santimentfeed) October 2, 2022
Menurut Santiment, pergerakan besar yang meninggalkan bursa kripto ini mungkin menunjukkan kepercayaan investor di kuartal keempat 2022 dan bisa menjadi indikator bullish.
Sebelumnya, pada tanggal 17 Juni, harga Bitcoin pun melesat lebih dari 22 persen setelah adanya pergerakan besar yang meninggalkan bursa kripto.
Di sisi lain, perusahaan analitik data on-chain CryptoQuant mengungkapkan dalam analisisnya bahwa cadangan devisa Bitcoin telah lebih rendah dari 60.000 koin dalam tiga hari terakhir.
“Ini [60.000 koin] tetap jumlah tertinggi dalam beberapa bulan dan mungkin menjadi tanda kembalinya permintaan ke pasar setelah penurunan harga berbulan-bulan ,” ujar peneliti CryptoQuant.
Lanjut dikatakan bahwa penurunan devisa tersebut juga menyiratkan turunnya tekanan jual dari para pedagang yang kemungkinan mulai didominasi oleh para investor jangka panjang, alias HODLer.
Eksposur Kripto dari Bank-bank Besar Dunia
Di sisi lain, Bitcoin News melaporkan hasil studi yang dilakukan oleh Komite Basel untuk Pengawasan Perbankan (BCBS).
Studi tersebut menunjukkan bahwa bank-bank besar dunia telah memiliki eksposur ke kripto senilai US$9 milyar, yang menyamai sekitar 0,01 persen dari total eksposur risiko perbankan.
Studi tersebut diketahui ditujukan untuk menciptakan standar global utama terkait “perlakuan kehati-hatian terhadap eksposur ke aset kripto.”
BCBS pun menjelaskan bahwa ada 19 bank besar yang terlibat dalam studi tersebut, dengan 10 yang berasal dari lembaga keuangan AS, tujuh bank dari Eropa dan dua dari Tiongkok.
Terkait potensi pemulihan pasar, tentu saja mayoritas sepakat bahwa sentimen global seperti inflasi dan kekhawatiran resesi adalah pemeran utama dari bearish pasar kripto.
Sehingga, meredanya sentimen tersebut digadang dapat menjadi titik balik dari sudut pandang investor untuk kembali melirik kripto dan mengakhiri crypto winter. Mari kita saksikan. [st]