Listrik Nganggur Pakistan Disulap Jadi Tambang Bitcoin

Pemerintah Pakistan tampaknya sedang memainkan kartu besar dalam strategi transformasi digitalnya.

Tidak tanggung-tanggung, Kementerian Keuangan negara itu mengumumkan akan mengalokasikan 2.000 megawatt (MW) listrik surplus demi mendukung pengembangan pusat penambangan Bitcoin dan pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI).

Sebuah langkah yang terdengar seperti mencampurkan kabel listrik dengan blockchain dan berharap percikan ide cemerlang menyala.

Pakistan tampaknya melihat peluang dari surplus energi yang selama ini hanya menjadi beban pembangkit, ibarat dapur yang kelebihan masakan tapi tidak ada tamu datang.

Daripada membuang-buang energi tersebut, mereka kini menawarkannya kepada dunia, silakan datang, bangun pusat data Anda di sini dan nikmati aliran listrik sepuasnya.

Investasi Asing Mulai Mengintip

Berdasarkan laporan 24NewsHD, Pemerintah juga sudah menyiapkan insentif pajak untuk menggoda perusahaan asing. Beberapa delegasi dari luar negeri disebut telah menginjakkan kaki di Islamabad, menunjukkan bahwa ketertarikan itu nyata, bukan sekadar janji-janji korporat di konferensi teknologi.

Paket insentif itu mencakup pembebasan bea masuk atas peralatan AI dan kripto, serta masa bebas pajak dalam jangka waktu tertentu. Ini seperti Pakistan menyusun karpet merah digital dan menaburkannya dengan potongan tagihan pajak.

Namun, pertanyaannya, apakah strategi ini bisa bertahan lebih dari sekadar gebrakan sesaat? Atau malah menjadi langkah terburu-buru yang nantinya berbalik arah saat tekanan sosial dan ekonomi datang mengetuk pintu?

Bitcoin, AI dan Energi: Trio Tak Terduga dari Pakistan

Menggabungkan Bitcoin dan pusat data AI dalam satu nafas energi memang terdengar tidak lazim. Di satu sisi, penambangan Bitcoin membutuhkan daya listrik dalam jumlah besar, sangat besar.

Di sisi lain, pusat data AI, yang semakin penting dalam era digital saat ini, juga menelan daya secara masif. Artinya, meskipun Pakistan punya surplus sekarang, tidak ada jaminan bahwa kelebihan itu akan bertahan jika konsumsi meledak.

Bayangkan saja, Anda membuka warung nasi padang karena punya stok beras berlimpah, lalu tiba-tiba satu bus pariwisata datang dan semuanya pesan rendang. Bisa jadi habis sebelum waktu makan siang kedua.

Rencana Energi Hijau: Apakah Cukup Cepat?

Untuk mencegah skenario semacam itu, pemerintah juga mulai menyusun rencana jangka panjang yang berfokus pada integrasi energi terbarukan.

Sumber dari internal pemerintahan menyebut bahwa koridor Gharo-Keti Bandar, yang memiliki potensi angin hingga 50.000 MW, bakal jadi lokasi utama pembangunan pembangkit ramah lingkungan.

Masalahnya, transisi dari pembangkit tradisional ke energi hijau tidak semudah mengganti baterai TV remote. Dibutuhkan waktu, dana dan koordinasi lintas sektor. Apalagi, sektor energi terbarukan sendiri masih menghadapi tantangan klasik seperti infrastruktur yang belum memadai dan biaya awal yang tidak murah.

Namun demikian, pemerintah tampak cukup percaya diri bahwa investasi asing dari sektor AI dan blockchain akan membantu mendanai transisi ini.

Logikanya, jika perusahaan global mulai membangun markas data di Pakistan, mereka juga akan tertarik mendukung pasokan energi jangka panjang yang bersih dan stabil. Tapi ya, itu kalau mereka benar-benar datang.

Risiko Sosial dan Tekanan Lingkungan

Tidak sedikit pula suara kritis yang mempertanyakan keputusan ini. Mengarahkan 2.000 MW ke sektor non-domestik bisa berisiko jika suatu saat kebutuhan listrik dalam negeri meningkat drastis.

Belum lagi efek lingkungan dari penambangan Bitcoin yang memang dikenal boros energi dan bisa menyumbang emisi karbon cukup besar.

Akan tetapi, pemerintah berkeras bahwa alokasi energi tersebut berasal dari surplus, bukan dari porsi kebutuhan publik. Di atas kertas, ini terlihat aman. Tapi realita sering kali lebih keras dari grafik Excel. Bila tiba-tiba pasokan terganggu atau konsumsi melonjak, maka prioritas bisa saja bergeser.

Secara garis besar, langkah Pakistan ini adalah taruhan besar, menggunakan energi dan insentif fiskal untuk memosisikan diri sebagai pemain utama di dunia digital global. Negara ini berharap bisa menarik perusahaan teknologi raksasa dan menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor dengan pertumbuhan tercepat saat ini.

Apakah ini akan berhasil? Seperti halnya menambang Bitcoin, tidak ada kepastian. Tapi bagi Pakistan, yang selama ini mencari cara untuk melompat keluar dari jebakan ekonomi tradisional, ini adalah pertaruhan yang tampaknya layak dicoba.

Lagipula, dalam dunia teknologi, yang berani ambil risiko kadang memang yang pertama dapat jackpot. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait