Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id, Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Protokol Lightning Network (LN) pada Bitcoin dan kripto lainnya memang terasa nikmat. Pasalnya mampu menekan biaya transaksi yang super murah dengan durasi kirim yang kilat. Tetapi keandalannya itu bukan berarti tak ada kritik pedas. Bagi yang tak suka LN, melihatnya sebagai entitas sentralistik serupa dengan Visa dan MasterCard, si raja kartu kredit. Apa kata si mulut abu-abu?
LN, khususnya pada Bitcoin dianggap tak peduli dengan miner yang menghabiskan isi kantongnya untuk membeli perangkat penambangan yang tidak murah. Belum lagi biaya listrik karyawan dan lain-lain. Ditambah lagi di tengah keadaan pasar yang tak menentu. Padahal miner adalah entitas penting dalam whitepaper yang ditulis Satoshi Nakamoto. Selain mendapatkan penghasilan dari menemukan block setiap 10 menit, miner juga mengandalkan biaya setiap transaksi.
Nah, apa jadinya peran miner ini, di tengah sambutan meriah komunitas kripto global terhadap LN? Di sisi lain, pihak yang bersikap abu-abu cukup yakin mengatakan ini, “Ya, setidaknya di saat ini kita punya LN yang memberikan suasana keren terhadap Bitcoin yang kita cintai. Anda ingin transaksi Bitcoin jadi murah, ya ini ada LN untuk menjawab pertanyaaan soal skalabiilitas Bitcoin agar bisa diadopsi secara massal.” Benar-benar kalimat yang bernas dan masuk di akal, setidaknya di konteks khusus itu.
Kritik keras terhadap LN datang dari Erik Finman yang kaya raya berkat Bitcoin di usia 19 tahun. Finman sebut melalui Twitter, LN secara efektif mengubah Bitcoin seperti Visa dan Mastercard. Padahal dua peran itulah yang hendak “disunat” oleh Satoshi Nakamoto.
https://twitter.com/erikfinman/status/1104035538187751425
“Bitcoin dengan LN sama halnya menyerahkan Bitcoin di pangkuan pebisnis Lembah Silikon, bukan kepada miner dan pengelola simpul (node) Bitcoin. Memang LN tidak terpusat 100 persen seperti Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve, tapi LN justru menyumbang risiko hinga 12 juta persen di Bitcoin yang desentralistik,” tegasnya.
LN, setidaknya saat ini memang bukan langkah “kaleng-kaleng” agar Bitcoin lebih tenar. Jack Dorsey, pendiri Twitter, yang juga kaum Lembah Silikon ikut-ikutan mendukung LN melalui gerakan Obor LN. Gerakan yang dimulai medio Januari 2019 itu kini disambut meriah secara global. Pengiriman Bitcoin secara global melalui LN kian bertambah. Bahkan pemain baru seperti Tippin.me mempermudahnya, yang mengharuskan pengguna membuat node khusus LN yang memang rumit.
Pandangan yang lebih menghujam dari datang Dimaz Ankaa Wijaya, peneliti blockchain di Universitas Monash, Australia. Melalui artikelnya di BlockchainMedia, dia menyimpulkan bahwa LN adalah pedang bermata dua, yang pada hulunya justru akan menghancurkan komunitas Bitcoin sendiri.
Kata Dimaz, LN akan membuat semuanya sulit. Jumlah transaksi barangkali tidak akan sebanyak yang dibayangkan. Sebuah penelitian telah memodelkan apa yang terjadi pada Bitcoin pasca 2140 (sebuah masa di mana semua sisa Bitcoin yang belum ditambang dikeluarkan), dan hasilnya cukup mengkhawatirkan.
“Tanpa adanya subsidi yang diberikan oleh sistem kepada penambang dalam bentuk koin baru, maka kegiatan penambangan akan merosot tajam, sehingga sistem Bitcoin terekspos masalah keamanan yang selama ini tidak pernah menjadi ancaman serius untuk Bitcoin, semisal 51% attack ataupun selfish mining,” katanya.
Dimaz menambahkan, setelah tiadanya subsidi, maka jumlah transaksi yang diyakini akan merosot tajam dalam blockchain utama Bitcoin akan diikuti dengan profit bitcoin yang tidak seberapa, membuat biaya operasional penambangan menjadi tidak rasional lagi. Padahal, keamanan blok dalam Bitcoin amat bergantung pada besarnya kekuatan komputasi yang ada di dalam sistem.
LN besutan Joseph Poon dan Thaddeus Dryja, menyempurnakan teknik microtransaction dan trustless fair exchange, serupa dengan yang ada di CoinJoin dari Gregory Maxwell, yang diterapkan ke dalam sebuah jaringan off-chain (di luar blockchain) baru. Jaringan ini berkomunikasi dengan blockchain utama Bitcoin hanya pada saat settlement akhir saja, sementara semua transaksi sementara, direkam dalam basis data terpisah.
Berbagai simpul (node) LN muncul setelah LN diluncurkan dan mulai menawarkan layanan kepada para pengguna bitcoin. Dengan menggunakan jaringan LN, para pengguna bitcoin masih tetap dapat bertransaksi bitcoin satu sama lain dengan wallet khusus yang disediakan. Pengguna bitcoin senang, karena ongkos transaksi hampir nol.
Kalimat Dimaz ini seharusnya tetap bergema, ”LN kini menjadi idola baru di komunitas Bitcoin. Tetapi jangan pernah terlena, karena LN bisa menjadi pedang bermata dua: memperkuat Bitcoin sekaligus membunuh ekosistem Bitcoin. Perlahan tapi pasti, LN akan menjadi masalah baru dalam Bitcoin jika tidak ditangani dengan tepat.
Kalimat ini juga bergema (karena sudah diterakan di atas), yakni dari mulut kaum abu-abu, “Ya, setidaknya di saat ini kita punya LN yang memberikan suasana keren terhadap Bitcoin yang kita cintai. Anda ingin transaksi Bitcoin jadi murah, ya ini ada LN untuk menjawab pertanyaaan soal skalabiilitas Bitcoin agar bisa diadopsi secara massal.” Entahlah yang penting cuan! [vins]