Beragam alasan orang pindah dari satu pekerjaan yang dianggap sangat mapan ke bidang usaha lain yang pada dasarnya masih berkabut. Tetapi, bagi pecinta teknologi, ranah baru yang potensial adalah daya tarik tersendiri, kendati orang awam sulit memahaminya. Itulah yang dilakukan oleh Charlie Lee, pendiri Litecoin Foundation, sekaligus pencipta aset kripto Litecoin (LTC).
Teknologi blokchain dan kripto kiranya telah menyihir jutaan orang di seluruh dunia. Salah seorang yang tersihir adalah Charlie Lee. Pria kelahiran Pantai Gading, Afrika Barat ini rela meninggalkan Google, karena jatuh cinta dengan blockchain dan kripto.
Tahun 2008 adalah tolak ukur kemunculan kripto yang ditandai dengan peluncuran makalah Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto. Namun, tak  butuh waktu lama bagi Lee untuk nyemplung ke teknologi baru ini. Hanya berselang dua tahun sejak dirilisnya kode Bitcoin pada 2009, pada Oktober 2011, Lee meluncurkan Litecoin, satu dari sekian banyak generasi pertama altcoin.
Lee yang sejak usia 13 tahun hijrah ke Amerika Serikat bersama orang tuanya, memang seorang ilmuwan komputer. Setelah tamat sekolah menengah pada tahun 1995, ia melanjutkan pendidikan ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) hingga meraih gelar sarjana dan master ilmu komputer pada tahun 2000.
Selepas tamat dari MIT, Lee bekerja Kana Communications sebagai software engineer. Ia bekerja di situ selama 3 tahun, dan kemudian pindah ke Guidewire Software. Lee menghabiskan emapat tahun di perusahaan itu sebagai senior software engineer. Dia meninggalkan Guidewire pada Juli 2007.
Lee kemudian pindah ke Google sejak September 2007 sebagai software engineer. Sejumlah proyek di mana dia menjadi bagian di dalamnya adalah Play Games, YouTube Mobile, dan sistem operasi Chrome. Pada Juli 2013, ia resmi meninggalkan Google, setelah lima tahun bekerja di perusahaan raksasa itu.
Nyemplung ke Blockchain dan Kripto
Charlie dalam beberapa kesempatan mengakui bahwa ia pertama kali tertarik pada Bitcoin pada tahun 2011 ketika ia masih di Google. Dia merujuk pada pada April 2011 dari sebuah artikel yang dia temukan di Silk Road. Sebelum berkenalan dengan Bitcoin, ia telah secara aktif mencoba untuk terlibat dengan perdagangan emas. Terlepas dari bakatnya dalam teknologi komputer, Charlie juga memiliki minat di bidang ekonomi. Dia tumbuh menjadi agak tidak percaya pada sistem Federal Reserve. Setelah membaca artikel itu, Charlie tertarik pada Bitcoin dan teknologi asasnya, yaitu blockchain.
Charlie seperti banyak pengadopsi awal Bitcoin memulainya dengan masuk ke kegiatan penambangan Bitcoin. Pada suatu titik, ia meminta bantuan Mike Hearn, salah seorang pengembang perangkat lunak Bitcoin. Lee berkorespondesi dengan Mike dan mulai membeli satu Bitcoin darinya. Berbekal gelar tinggi dalam ilmu komputer dan satu dekade menjadi insinyur perangkat lunak, Lee ingin membuat kripto sendiri seperti Bitcoin. Pada saat itu, aksi menciptakan altcoin sangatlah popular dan sudah ada sejumlah peniru Bitcoin lainnya.
Upaya pertama Charlie Lee adalah Fairbix. Aset itu diluncurkan pada September 2011 dan sangat mirip dengan kripto Tenebrix. Maklumlah, Lee dan timnya memang menyalin kode sumber Tenebrix dan memperbaikinya, tetapi ketika Fairbix dirilis, proyek itu gagal total. Tim Charlie Lee telah melakukan pra-penambangan sebanyak 7 juta koin Fairbix sebelum dirilis, yang menyebabkan kegaduhan pada komunitas kripto. Hal itu ditambah ada sejumlah celah di perangkat lunak utama yang rentan diretas dan tidak dapat mempertahankan diri dari 51 percent attack. Namun demikian Lee dan tim banyak belajar dari Fairbix dan memang diperlukan sebagai permulaan sejarah Litecoin.
Kurang dari sebulan setelah rilis Fairbix yang gagal, Lee merlilis Litecoin pada Oktober 2011. Belajar dari kesalahan sebelumnya, kali ini tim pengembang menyalin kode sumber Bitcoin dengan melakukan sejumlah penyesuaian. Selama pembuatan Litecoin, peningkatan dibuat pada platform dan menciptakan sistem yang lebih kuat.
Walaupun sama-sama bisa ditambang, Litecoin menggunakan algoritma berbasis Scrypt, tidak seperti algoritma SHA256 yang digunakan oleh Bitcoin. Secara mendasar ini dapat mengurangi waktu transaksi hampir 75 persen. Rata-rata waktu transaksi blok adalah 2,5 menit. Lee juga meningkatkan pasokan maksimum Litecoin menjadi 84 juta LTC, atau 4 kali lipat lebih besar daripad Bitcoin yang sebanyak 21 juta BTC.
Meskipun ada beberapa kesamaan dengan Bitcoin, Lee selalu menyatakan bahwa Litecoin bukanlah pesaing Bitcoin. Ia menegaskan, bahwa Litecoin lebih merupakan kripto pelengkap atas Bitcoin. Lee suka melihat Litecoin sebagai kripto yang paling cocok untuk transaksi yang lebih kecil dan ringan seperti belanja daring, sedangkan Bitcoin adalah mata uang untuk transaksi yang lebih berat seperti pembayaran internasional.
Dua tahun setelah diluncurkan, Litecoin telah mencapai kapitalisasi pasar satu miliar dolar. Tak lama kemudian, Charlie Lee resmi meninggalkan Google untuk menjadi karyawan pertama di Coinbase, bursa jual beli kripto yang berbasis di San Francisco, California. Dia bekerja di sana sebagai Direktur Teknik selama empat tahun. Ia kemudian angkat kaki pada Juni 2017 untuk lebih fokus pada Litecoin. Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Pelaksana dari Litecoin Foundation.
Saat ini Litecoin termasuk dalam 10 besar kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar degan nilai pasar mencapai US$1,8 miliar dan dijualbelikan pada di kisaran US$30.
Nasib harga Litecoin pun sama dengan kripto lainnya secara umum amblas sejak medio Desember 2017. Lebih dari tujuh tahun lamanya Litecoin tetap menjadi aset yang berharga, kendati peringkatnya terus disalip oleh altcoin lain.
Kini, dengan Litecoin terus dipajang di beragam etalase pasar kripto, kemudian keterlibatan Lee di HTC Exodus 1, ditambah lagi penerapan protokol Lightning Network (LN) pada Litecoin, mampukah Lee melawan pertarungan yang kian sengit ini? [jul]