Christopher Giancarlo, mantan Kepala Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) Amerika Serikat mendesak Bank Sentral AS (The Fed) untuk menerbitkan mata uang digitalnya.
“Bank Sentral AS harus mengeluarkan mata uang digital untuk dapat bersaing dengan Bank Sentral Tiongkok terkait mata uang digital bank sentral (CBDC/Central Bank Digital Currency),” kata Giancarlo.
Giancarlo menyebutkan, bahwa industri belanja online akan mendapatkan manfaat terbesar dari mata uang digital dolar AS itu. Alasannya, karena mata uang digital praktis tidak memerlukan perantara (pihak ketiga) seperti bank yang menggunakan medium kartu debit ataupun kartu kredit.
“Ketika kita berbicara tentang dolar digital, maka kita bicara tentang dunia virtual agar transaksi lebih cepat dan murah,” katanya.
CBDC memang sudah diterbitkan oleh Bank Sentral Tiongkok pada tahun lalu dan sudah diujicoba di dalam negeri. Itu adalah hasil penelitian sejak tahun 2014.
Sejumlah bank sentral juga terdesak untuk melakukan hal serupa, seperti Jepang, Inggris, Kamboja, Jerman dan Uni Eropa.
Bank Sentral AS juga telah mewacanakan soal itu beberapa pekan lalu. Mereka menegaskan menggiatkan penelitian terkait itu terlebih dahulu, seraya mempertimbangkan soal risiko dan biaya produksinya. Bank Sentral AS pun menegaskan akan bekerjasama dengan pihak swasta dalam penerbitan CBDC itu.
Secara prinsip, teknologi Central Bank Digital Currency (CBDC) sama dengan stablecoin USDT ataupun PAX. Basisnya adalah smart contract yang disimpan di blockchain.
Hanya saja, blockchain yang digunakan pada CBDC bukanlah blockchain publik seperti Bitcoin ataupun Ethereum, tetapi jenis privat yang dikendalikan penuh oleh bank sentral. Sejumlah negara menyebutnya sebagai DLT alias Decentralized Ledger Technology yang tidak setransparan blockchain biasa.
Dalam konteks uang digital yen oleh Bank Sentral Tiongkok misalnya, mereka menggabungkan teknologi blockchain dan teknologi lain dalam penerbitan dan transfer uang.
Tiongkok percaya bahwa teknologi blockchain dan uang digital yuan memungkinkan ekspansi ekonomi mereka ke negara lain, sebab negara tak perlu lagi mencetak uang dalam bentuk fisik yang biaya produksi dan transfernya yang mahal. [Cointelegraph/red]