Saat ini, Anda mungkin pernah mendengar tentang presale kripto teratas, Big Eyes Coin (BIG). Token BIG adalah memecoin menggemaskan lainnya yang dikenal menghadirkan kompetisi untuk beberapa yang sudah mapan seperti Dogecoin dan Shiba Inu.
Token anyar tersebut telah diluncurkan dalam presale dan menjanjikan banyak keuntungan mulai dari kode peluncuran bonus 200 persen, tata kelola pengguna, hingga kampanye Loot Box barunya.
Tapi tahukah Anda bahwa BIG juga mendedikasikan 5 persen dari semua investasi untuk dompet amalnya?
Koin tersebut telah berjanji untuk secara teratur menyumbang ke badan amal yang bertujuan, antara lain, untuk melindungi kehidupan air dari polusi dan penangkapan ikan yang berbahaya.
Dengan investasi sebesar US$29 juta sejauh ini, proyek memecoin ini telah menyumbang hampir US$1,5 juta dalam bentuk donasi untuk melindungi lautan kita.
Perlu juga disebutkan bahwa selain 5 persen dari dana yang disumbangkan ke badan amal yang membantu cagar alam laut, mereka juga telah memberikan US$1.000 kepada ACT International.
Organisasi tersebut juga dikenal sebagai Luna Charity, yaitu organisasi yang mendukung anak-anak yang terkena dampak dari berbagai peristiwa tragis seperti kekerasan, perang dan bencana alam.
Teknologi Blockchain Solana dan Ethereum Bisa Selamatkan Laut
Teknologi Blockchain seperti Solana dan Ethereum dapat melampaui bidang keuangan. Jaringan ini juga dapat selamatkan laut dengan melacak penangkapan ikan ilegal dan perilaku kriminal di laut lepas.
Sejauh ini, banyak organisasi berjuang untuk menegakkan seperangkat prinsip etis, tetapi sangat sulit untuk mengawasinya. Sebab, di perairan internasional belum ada hukum yang mengatur nelayan.
Lagi pula, hampir tidak mungkin untuk mengaturnya. Ini berarti pemerintah tidak memiliki kendali atas siapa yang melakukannya dan berapa banyak yang mereka ambil. Mereka juga percaya penangkapan ikan ilegal dan tidak diatur menghasilkan sekitar US$23,5 milyar per tahun. Jadi ini adalah masalah serius.
Beberapa negara telah mengelompokkan dan merundingkan peraturan khusus untuk bagian perairan tinggi, seperti peraturan yang mengatur penangkapan ikan Tuna di Pasifik atau stok ikan di Atlantik antara Greenland dan Eropa, tetapi para ahli menyatakan bahwa tambal sulam yang ada mempersulit pengelolaan keanekaragaman hayati di perairan internasional.
Liz Karan, Manajer Senior untuk laut lepas di Pew Charitable Trusts, sebuah organisasi nirlaba, menyebutkan bahwa negara kepulauan kecil di Pasifik paling menderita akibat sistem ini.
Liz mencatat bahwa ZEE negara-negara seperti Kiribati, Nauru dan Kepulauan Solomon meninggalkan celah untuk masuknya kapal penangkap ikan internasional berskala besar.
Solusinya?
World Wide Fund for Pandas, sebuah organisasi konservasi, menyarankan agar pemerintah mengamanatkan nelayan menandai ikan dengan kode yang dapat dipindai yang diunggah ke buku besar blockchain seperti Ethereum.
Dengan cara tersebut, bisnis dan pelanggan dapat mengonfirmasi sumber Tuna tertentu untuk dijual di pengecer.
Transparansi akan memungkinkan konsumen untuk menghindari kontribusi pada tangkapan yang tidak sah. Mungkin saja teknologi blockchain dapat beroperasi sebagai sarana untuk menutup kesenjangan tata kelola ini. [st]