Aliansi BRICS sedang siap untuk melakukan perubahan signifikan dalam lanskap keuangan global, menghadirkan mata uang sendiri.
Dengan rencana untuk memperluas jangkauan di luar lima anggotanya, BRICS bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mendirikan mata uang baru untuk perdagangan internasional.
Langkah ini berpotensi bikin retak dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, yang kemudian akan memiliki implikasi yang luas bagi perdagangan global dan dinamika ekonomi.
Mata Uang BRICSÂ
Berdasarkan laporan Watcher News, Diplomat dan Wakil Sekretaris Jenderal Kementerian Urusan Luar Negeri India, Gaurav Gupta, mengisyaratkan kemungkinan BRICS akan berkembang menjadi BRICS+.
Sekadar informasi, saat ini telah ada lebih dari 20 negara yang mengajukan permintaan keanggotaan untuk bergabung dengan aliansi tersebut, dengan ekspansi yang dipastikan.
Gupta pun menekankan bahwa BRICS berupaya mengakhiri ketergantungan pada dolar AS dan mengindikasikan bahwa peluncuran mata uang baru dapat mengubah tatanan keuangan dunia.
Langkah tersebut akan memungkinkan aliansi tersebut dan negara-negara timur lainnya untuk mempromosikan mata uang asli mereka dan mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan global.
“Peluncuran mata uang baru akan membuka jalan bagi peningkatan kerja sama internasional dengan negara-negara berkembang. Ini akan memfasilitasi transaksi lintas batas dan mendorong perdagangan, peluang investasi dan perkembangan ekonomi, semuanya tanpa kehadiran dolar AS,” ujar Gupta.
Dengan mengurangi ketergantungan pada mata uang AS, BRICS bertujuan untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih seimbang dan multipolar.
Watcher News melaporkan, Bank Pembangunan Baru sedang mencari alternatif dari IMF atau Bank Dunia, guna untuk melanjutkan ekspresi multipolarnya melalui mata uang yang akan digunakan untuk tujuan perdagangan.
Seiring dengan penerimaan mata uang baru di tingkat global, permintaan terhadap dolar AS diperkirakan akan menurun secara bertahap.
Hal tersebut dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi AS, karena negara tersebut mungkin kesulitan mendanai defisitnya tanpa tingkat permintaan yang sama terhadap mata uangnya.
Selain itu, kekuatan keuangan yang berkurang dari AS dapat mengurangi kemampuannya untuk memberlakukan sanksi pada negara-negara lain dan mengganggu perekonomian mereka, sehingga menjadikan hubungan internasional lebih seimbang.
Ekspansi BRICS dan peluncuran mata uang baru memiliki beberapa implikasi positif. Dengan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, negara-negara dalam aliansi BRICS dan di luar aliansi tersebut berpotensi menikmati otonomi keuangan yang lebih besar.
Diharapkan terjadi peningkatan perdagangan dan peluang investasi, karena transaksi dapat dilakukan dengan mata uang baru BRICS. Mari kita saksikan. [st]