Tak lama setelah penampakan mata uang digital renminbi yang diduga kuat buatan Bank Sentral Tiongkok, pada 15 April 2020 lalu, Libra Association yang dikomandoi oleh Facebook pun mengumumkan dukungannya terhadap dolar digital. Nilai mata uang digital Libra kelak bernilai dolar “murni” dan kelak dapat dipadukan dengan mata uang digital (CBDC) buatan The Fed.
OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id
Ketika Mark Zuckerbeg dan David Marcus tahun lalu disidang oleh Wakil Rakyat AS gara-gara niatan mata uang digital Libra, saya sudah mewacanakan, bahwa hardikan keras politik itu akan berlangsung cepat. Saya tegaskan kala itu, bahwa Facebook akan beradaptasi demi majunya proyek besar itu.
Dan, ketika Mark Zuckerberg mengatakan akan menunggu lampu hijau dari regulator, maka lengkaplah sudah dugaan bahwa lobi-lobi memang cepat berlangsung.
Jelang beberapa bulan setelah itu, kabar resmi dari Bank Sentral AS semakin menguatkan pola lobi itu. The Fed mengatakan akan meningkatkan penelitian mengenai teknologi blockchain, sembari mengkaji kemungkinan membuat mata uang bank sentral alias CBDC alias Central Bank Digital Currency.
Tentu saja keputusan itu bukan tidak mungkin terkait erat dengan langkah cepat Bank Sentral Tiongkok yang sudah merancang, mengembangkan dan mengujicoba CBDC renminbi (RMB). Jadilah pada 15 April 2020 lalu, dompet digital mata uang Tiongkok itu dipertontokan kepada publik dengan istilah “kebocoran”, sebuah cara apik untuk mengirimkan pesan penting kepada The Fed.
Kendati belum ada informasi resmi dari Bank Sentral Tiongkok, aplikasi dompet itu memang berasal dari situs web Bank Pertanian Tiongkok, yang merupakan mitra penting bank sentral untuk mengujicoba mata uang digital Tiongkok itu.
Jadi, pesan globalnya sudah jelas, saya yakin benar Tiongkok sudah siap dengan mata uang digital-nya yang sebagian telah diakui berteknologi blockchain, dalam satu sistem bernama DC/EP (Digital Currency/Electronic Payment).
Seolah-olah merespons langsung pesan itu, Libra Association dengan komando Facebook yang sedang mengerjakan mata uang digital Libra, langsung mengatakan, bahwa Libra sudah mengubah isi whitepaper-nya. Inti perubahannya adalah nilai Libra kelak tak lagi berdasarkan “nilai sekeranjang mata uang fiat“, tetapi berpatok langsung pada nilai masing-masing mata uang fiat itu.
“Kami membuat Libra untuk melengkapi mata uang fiat, bukan bersaing dengan mereka. Perhatian utama kami adalah potensi untuk ‘Libra Coin’ bernilai uang fiat (≋LBR). Maka, ke dalam Libra, kami memasukkan stablecoin mata uang tunggal, misalnya LibraUSD (≋USD), LibraEUR atau UREUR, LibraGBP (≋GBP), LibraSGD (≋SGD). Ini akan memudahkan setiap orang dan entitas bisnis mengakses nilai uang fiat-nya masing-masing melalui Libra,” sebut Libra Association dalam whitepaper terbarunya.
Ini berarti Libra (LBR) pada prinsipnya serupa dengan stablecoin USDT yang bernilai dolar AS, yang sejak tahun 2014 digunakan secara masif secara global, khususnya di komunitas aset kripto.
Namun, layak Anda bayangkan sendiri, jika ada “lampu hijau” lagi, maka LibraUSD (≋USD) akan Anda lihat di sejumlah platform milik Facebook. Atau bahkan mungkin saja ada LibraIDR (≋IDR) yang bernilai rupiah.
Masih di whitepaper itu, Libra Association berharap, ketika bank sentral mengembangkan mata uang digital bank sentral (CBDC), CBDC ini dapat langsung dipadukan dengan jaringan blockchain Libra.
“Sebagai contoh, jika bank sentral mengembangkan representasi digital dari dolar AS, euro atau poundsterling Inggris, kami dapat mengganti stablecoin mata uang tunggal yang berlaku dengan CBDC itu,” sebutnya.
Jadi, sulit untuk tidak mengatakan bahwa Facebook-Libra Association kelak atau mungkin sudah, adalah perpanjangan tangan dari The Fed untuk mengukuhkan dominasi dolar AS di dunia. Dan di saat yang sama, Tiongkok mencoba menahan laju itu, kiranya melalui “renminbi digital” itu agar terus mendunia. Proyek OBOR (One Belt One Road), bagaimana? [red]