Mata uang digital Tiongkok yang berbasis blockchain dalam sistem DC/EP (Digital Currency Electronic Payment), mungkin kelak bisa dipadu dengan Blockchain Service Network (BSN). BSN yang didukung oleh Pemerintah Tiongkok sejak tahun lalu, bulan ini segera diluncurkan setelah beberapa kali ujicoba.
Blockchain-based Service Network (BSN) dibuat dengan bekerjasama dengan banyak perusahaan besar di Tiongkok. Hingga Maret 2020, BSN mengklaim sudah ada 100 kota sudah terhubung sebagai node (simpul). Harapannya efisiensi bisnis bisa hemat hingga 80 persen.
Konsep dasar BSN sebenarnya jauh diterbitkan sebelum pidato Xi Jinping itu. Asas BSN dibuat pada Januari 2019, yang didukung oleh State Information Center dan Industry Research Department.
Pada Maret-April 2020 ujicoba BSN digenjot dengan 100 kota terhubung sebagai simpulnya. Hingga akhir tahun 2020, direncanakan total 200 kota.
Badan Pemerintah itu menggandeng sejumlah perusahaan, di antaranya China Mobile Group Design Institute, Research Institute of Electronic Payment (China Unionpay), China Mobile Financial Technology, Beijing Red Date Technology dan China Mobile Group Zhejiang.
Menurut BSN, jika perusahaan ingin membuat blockchain sendiri, maka perusahaan bisa menghabiskan biaya hingga US$14.000 per tahun. Itu sudah termasuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan.
Tetapi, dengan tergabung di BSN, maka perusahaan bisa menghemat banyak biaya, cukup dengan US$300 per tahun. Programer dan pengembang dipersilahkan membuat aplikasi yang terkait bisnisnya, lalu mendistribusikannya di BSN.
Harus diakui, Tiongkok memimpin soal inovasi, pengembangan dan penerapan teknologi blockchain, menurut Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia.
Tiongkok sudah hakul yakin, bahwa blockchain jauh melampaui Bitcoin sebagai penerapan pertama di sektor uang digital baru. Bagi Tiongkok blockchain dapat digunakan untuk memverifikasi semua jenis transaksi digital secara lebih efisien.
Hong Wan, pakar blockchain dari North Carolina State University mengatakan bahwa BSN akan menjadi pusat mata uang digital dan sistem pembayaran, yang menyaingi WeChat dan Alipay sebagai alat pembayaran digital yang popular.
Tapi, bukan tidak mungkin, bahwa yuan/renminbi digital yang dibuat oleh Bank Sentral Tiongkok bisa dipadukan di dalam BSN.
Namun, Wan khawatir BSN akan mengalami kelambatan kinerja ketika nanti memverifikasi begitu banyak transaksi. Dia mengatakan BSN belum menerbitkan spesifikasi teknis yang terperinci. Jadi, dia tidak tahu bagaimana perancangnya akan mengatasi masalah itu.
“Saya pikir kita berhak ragu tentang apa yang terjadi di teknologi itu. Ini masih dalam tahap pengujian,” imbuh Wan.
Mata uang digital itu memang masih dalam pengujian, itulah sebabnya menurut sumber media lokal di Tiongkok, mata uang digital itu akan digunakan untuk membayar gaji sejumlah PNS di Tiongkok, khusus di kota Suzhou mulai Mei 220.
Seperti yang diperkirakan tahun lalu, kata Biser Dimitrov di Forbes, Tiongkok membuat langkah besar dalam memajukan ekonomi dengan teknologi blockchain.
Tiongkok benar-benar serius menggunakan blockchain sebagai pilar teknologi utama lainnya bersama teknologi 5G, kecerdasan buatan dan Internet of Things (iOT).
Blockahin juga dimaksudkan untuk menyediakan cara-cara baru untuk menangani volume besar dalam pembayaran, komunikasi yang tinggi.
Baik BSN dan DC/EP memiliki bentuk yang sangat baik dan tampaknya diterapkan secara profesional dan efektif dalam skala besar.
“Kelak di masa depan, kita akan menyaksikan kebesaran Tiongkok berkat infrastruktur blockchain yang besar ini. Dan saat itulah dunia Barat harus memperhatikan,” kata Biser.
[Forbes, Decrypt, IEEE.org/red]