Dalam ranah teknologi blockchain ada yang disebut sebagai “trilema”, yakni tiga tantangan dalam hal meningkatkan derajat desentralistik, keamanan dan skalabilitas. Hingga saat ini dua tantangan pertama praktis telah terjawab, namun tidak untuk persoalan skalabilitas, yang utamanya mengacu pada peningkatan kecepatan transaksi per detik. Namun, selayaknya persoalan yang dilematis, skalabilitas yang tinggi tidak boleh mengorbankan karakter desentralistik blockchain.
Menyelesaikan trilema itu adalah syarat utama agar teknologi blockchain dapat diadopsi secara luas di berbagai sektor kehidupan sehingga menjadi mainstream, terpadu dengan sejumlah teknologi lainnya. Skalabilitas misalnya juga terkait dengan masalah interoperability (kesalingterhubungan) antar blockchain yang berbeda.
Kini berkat teknologi blockchain, aplikasi desentralistik (Decentralized App/dApp) kian bermunculan, mulai dari sektor teknologi keuangan hingga game. Namun, tanpa peningkatan skalabilitas, dApp akan sulit diadopsi secara massal. Bayangkan jikalau pengguna dApp dalam satu detik mencapai ribuan atau jutaan, dengan skalabilitas yang rendah saat ini, seperti pada blockchain Ethereum, maka dapat dipastikan akan memacetkan blockchain itu sendiri. Dan ini pernah terjadi pada kasus dApp CryptoKitties beberapa waktu silam.
Sebagai blockchain pengembangan dApp yang paling lama dan paling banyak diadopsi, Ethereum mewakili blockchain yang paling desentralistik dan aman. Namun Ethereum juga terkenal tertinggal dalam hal skalabilitas. Karena keterbatasan infrastruktur, saat ini Ethereum hanya mampu menangani 10-20 transaksi per detik, bahkan setelah 5 tahun pengembangan.
Faktanya, pada Ethereum DevCon baru-baru ini di Osaka, para pengembang memastikan bahwa perlu waktu hingga dua tahun sebelum Ethereum 2.0 yang telah lama ditunggu-tunggu mencapai skalabilitas. Pada generasi kedua ini nanti, Ethereum akan menganut algoritma konsensus Proof-of-Stake (PoS), meninggalkan Proof-of-Work (PoW). Tetapi ini jelas perlu waktu dan penuh ketidakpastian.
Jawabannya? Penskalaan Lapisan Kedua
Konsep dasar Lapisan Kedua (Layer 2) ini serupa dengan penerapan Lightning Network (LN) pada blockchain Bitcoin dan blockchain Litecoin. Dalam konteks LN, transaksi tak dilakukan langsung pada blockchain tersebut (off chain/sidechain), melainkan melalui protokol khusus dalam channel. Tujuannya agar transaksi jauh lebih cepat dan biaya yang lebih murah. Ketika transaksi pada LN selesai, maka transaksi tetap direkam (final settlement) di blockchain masing-masing (on chain).
Dengan membangun di atas Ethereum, Matic Network berharap dapat menarik minat komunitas Ethereum dan mendatangkan banyak pengembang yang siap menggunakan Matic. Selain itu, Matic telah bermitra dengan sejumlah pihak demi melanjutkan pengembangan yang lebih cepat.
“Matic Network meyakini solusi agar dApp menjadi mainstream adalah dengan menerapkan sistem lapisan kedua ini. Karenanya, Matic dapat memberikan kemampuan penskalaan besar-besaran (hingga 65.000 transaksi per detik) sembari meningkatkan keamanan dan desentralisasi pada main net Ethereum. Pendekatan ini yang memungkinkan blockchain untuk mencapai skalabilitas, tanpa mengorbankan karakter desentralistik dan keamanan yang membuat blockchain begitu kuat secara fundamental,” kata CEO Matic Jaynti Kanani kepada Blockchainmedia.id belum lama ini.
Pendekatan unik Matic melalui penskalaan lapisan kedua telah menarik banyak perhatian di ranah hblockchain. Ini termasuk bursa kripto Binance, di mana Matic sukses menyelenggarakan penjualan token yang sukses pada April 2019 lalu. Coinbase Ventures juga memberikan dukungan penuh kepada Matic, sebagai investor Round Seed.
Pendekatan agnostik Matic juga akan kompatibel dengan proyek Layer 1 seperti Harmony. Harmony akan memanfaatkan sistem off-chain Matic agar kecepatan transaksi meningkat signifikan. Matic juga bermitra dengan Elrond dalam penelitian dan pengembangan bagi kemajuan ekosistem blockchain.
Saat ini sudah ada lebih dari 25 dApp yang dibangun di atas infrastruktur Matic, menjadikannya sebagai solusi Layer 2 yang paling banyak diadopsi sejauh ini dan salah satu blockchain yang paling banyak diadopsi di industri ini.
“Matic mampu menampung beragam dApp platform mereka, yang saat ini menampung jenis dApp, mulai dari game (salah satu contoh adalah Decentraland) hingga DeFi (Decentralized Finance),” jelas Kanani. [Red]