Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menyampaikan sejumlah peluang kenaikan lanjutan harga Bitcoin dan altcoins pada pekan ini. Hal itu dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya adalah data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat (AS). Bagaimana dengan prospek selain trading, yakni staking?
Bitcoin (BTC) masih menjadi sorotan pasca sempat merosot hingga US$49.000 dan naik hingga di atas US$60.000 dalam waktu singkat. Penurunan Bitcoin yang cukup signifikan tersebut turut mempengaruhi pasar kripto secara keseluruhan yang serentak melemah.
Kendati demikian, kondisi tersebut kini mulai membaik, dengan lonjakan harga Bitcoin sebesar 6,97 persen selama sepekan terakhir. Melansir data dari Coinmarketcap pada Rabu (14/8/2023) pukul 14.33 WIB, Bitcoin menghijau ke US$60.815 atau setara Rp953 juta. Kenaikan tersebut turut diikuti sejumlah aset kripto lainnya seperti Ether (ETH) yang meningkat 7,84 persen, Ripple (XRP) 13,56 persen, dan Toncoin (TON) 11,24 persen selama sepekan.
Fahmi mengungkapkan peningkatan tersebut kemungkinan diakibatkan oleh situasi jenuh jual (oversold), imbas koreksi yang sebenarnya telah berlangsung sejak 21 Juli 2024 lalu, meskipun penurunan signifikan terjadi pada 5 Agustus 2024.
Pasar Bitcoin dan Altcoins Dipengaruhi Data Ekonomi AS
Namun Fahmi mengingatkan, bahwa keberlanjutan penguatan Bitcoin dan altcoins itu masih akan dipengaruhi oleh perkembangan kondisi, termasuk situasi ekonomi makro di Amerika Serikat. Data Consumer Price Index (CPI) dan penjualan ritel AS Juli yang akan dirilis pada 14 dan 15 Agustus ini dapat berpotensi mempengaruhi dinamika yang berkembang di pasar.
“Situasi ekonomi AS yang menantang, dengan inflasi yang meskipun berada pada tren turun masih relatif cukup jauh dari sasaran The Fed (2 persen), serta sektor tenaga kerja yang masih resilien meskipun dengan pertumbuhan lapangan kerja yang minim, membuat urgensi untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga mungkin menjadi agenda yang kurang mendesak untuk dilakukan saat ini.
“Lagi pula pasar sudah terlanjur berharap terhadap penurunan suku bunga The Fed pada September nanti (berdasarkan data dari CME FedWatch Tool sebelumnya). Situasi ini kemudian menciptakan ketidakpastian lebih menjelang fase transisi kebijakan hawkish AS yang telah dijalankan sejak Februari 2022 lalu untuk mengatasi inflasi yang meningkat pasca pelonggaran guna menstimulasi ekonomi akibat pandemi COVID-19. Ketidakpastian tersebut dapat membuat investor cenderung lebih berhati-hati, khususnya dengan instrumen investasi berisiko tinggi seperti aset kripto, termasuk Bitcoin dan altcoins,” imbuhnya.
Sektor Altcoins yang Kian Menarik
Sementara sebagian investor mungkin masih cenderung berhati-hati, perkembangan yang terjadi di sektor pasar Bitcoin dan altcoins dalam beberapa pekan terakhir menarik untuk dicermati.
“Tidak sedikit proyek altcoins yang merilis fitur baru yang menarik atau mulai kembali membukukan peningkatan jumlah transaksi dan pengguna aktif setelah penurunan yang terjadi sebelumnya. Situasi yang ada di ekosistem altcoins saat ini relatif sangat berbeda dengan yang terjadi pada siklus 2018 lalu, di mana pengembangan produk yang ada saat ini secara umum sudah memasuki tahap yang relatif lebih matang dengan kualitas yang jauh lebih tinggi. Jika aplikasi blockchain selama ini identik dengan aplikasi yang tidak ramah pengguna dan memerlukan pemahaman tertentu untuk dapat menggunakannya, sekarang telah banyak proyek yang berinovasi dengan mengembangkan pendekatan baru untuk membuat akses terhadap aplikasi Web3 tidak jauh berbeda seperti layaknya mengakses aplikasi Web2 yang telah banyak kita gunakan selama ini,” pungkas Fahmi.
Di tengah perkembangan positif tersebut, banyak altcoins khususnya dengan kapitalisasi pasar menengah, yang saat ini sedang terkoreksi signifikan, terlepas dari perkembangan dan inovasi produk yang telah berhasil mereka luncurkan.
Harga XRP Meroket 26 Persen Usai Ripple Menang Melawan Gugatan SEC
“Hal ini terjadi sebab para pelaku pasar lebih berfokus pada atensi yang berkembang untuk memilih aset untuk ditransaksikan, sementara perhatian yang berkembang terhadap altcoins ketika pasar terkoreksi cenderung minim. Ketika situasi mulai berbalik dan atensi terhadap aset kripto secara lebih luas kembali meningkat, perhatian para pelaku pasar terhadap altcoins khususnya di sektor-sektor potensial, berpotensi melonjak seperti pada siklus-siklus pasar kripto sebelumnya,” imbuhnya.
Untuk menjawab prospek yang ada di altcoin, Reku turut menyediakan berbagai pilihan altcoins yang menarik yang telah dikurasi, serta fitur staking untuk mendapatkan reward lebih dari kepemilikan altcoins.
“Reku juga rutin menambahkan koin-koin baru yang potensial di pasar kripto. Investor pun juga memiliki opsi lebih selain melakukan trading, yaitu dengan melakukan staking. Fitur staking di Reku yang berizin Bappebti memungkinkan investor mengunci aset kripto yang berbasis Proof-of-Stake (PoS) secara aman dan mudah dengan potensi rewards hingga 12,5 persen per tahun. Pilihan ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang tidak memiliki banyak waktu untuk trading, namun tetap bisa mengoptimalkan prospek positif dari altcoin,” ungkap Fahmi. [ps]