Bos perusahaan blockchain dan kripto SUKU, Yonathan Lapchik mendorong komunitas crypto mulai menaruh perhatian serius pada meme coin yang bermula dari lelucon seperti Pepe Coin (PEPE) dan Dogecoin (DOGE).
“Aset-aset ini, didorong oleh histeria media sosial dan lahir dari budaya internet, menarik banjir pemula ke dunia kripto. Jika tidak diawasi, koin meme dapat memperkuat kesalahpahaman tentang lanskap kripto secara lebih luas,” tulis Lapchik dalam artikel opini di Coindesk, baru-baru ini.
Menurutnya, kronologi munculnya PEPE, dari lelucon menjadi proyek yang agak mapan, sepenuhnya mencerminkan kegembiraan dan ketidakdugaan yang datang dengan jenis aset digital ini.
“Koin-koin ini dapat menarik perhatian banyak orang, tetapi juga dapat mencemarkan pemahaman masyarakat umum tentang kripto,” tegasnya.
Meskipun awalnya populer sebagai aset lucu, meme coin kini berfungsi sebagai pintu gerbang bagi para pemula untuk memasuki dunia teknologi Web3, yang demokratisasi ruang crypto.
Lebih jauh dia menjelaskan, volatilitas intrinsiknya, kurangnya utilitas, dan potensi manipulasi pasar menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan jangka panjang dan dampaknya pada persepsi publik.
Lapchik mengakui daya tarik meme coin, yang menggabungkan humor internet dan perjudian untuk menarik beragam audiens dengan janji keuntungan besar.
Dengan cara ini, meme coin meratakan kesempatan bagi individu yang sebelumnya canggung dengan pasar crypto.
“Namun, hal ini bukan berarti berinvestasi dalam koin-koin meme adalah keputusan yang bijaksana,” dia mengingatkan.
Dia menganjurkan, bahwa hal terbaik yang bisa terjadi adalah jika seseorang yang baru mengenal kripto akan belajar tentang inovasi sejati yang sedang terjadi di Web3, potensi aplikasi terdesentralisasi (dApps) yang berbeda, dan pentingnya self custody.
“Ini bukanlah harapan kosong, melainkan jalur kripto yang umum,” katanya.
Sisi Gelap Meme Coin
Masih dalam artikel tersebut, Lapchik mengungkap sisi gelap meme coin yang memprihatinkan, karena harganya sangat dipengaruhi oleh sensasi daripada inovasi teknologi atau aplikasi praktis, menyebabkan fluktuasi harga yang liar dan potensi kerugian besar bagi para investor.
“Fundamental aset-aset ini sering kali dipertanyakan. Tidak seperti blockchain tradisional seperti Bitcoin atau Ethereum, banyak Meme Coin tidak memiliki nilai intrinsik atau kasus penggunaan yang konkrit, sehingga harga mereka sebagian besar dipicu oleh histeria daripada inovasi teknologi atau utilitas dunia nyata.”
Dia menambahkan, ketidakhadiran regulasi juga memungkinkan terjadinya skema pump-and-dump, di mana para influencer dan investor besar sengaja menggembungkan harga sebelum menjual kepemilikan mereka, sehingga investor biasa menjadi korban.
Kurangnya utilitas dalam meme coin memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan jangka panjangnya. Banyak skeptis menganggapnya sebagai gelembung spekulatif, yang berpotensi merusak kredibilitas seluruh industri crypto.
Persepsi yang salah ini menghambat adopsi dan penerimaan teknologi terdesentralisasi secara luas.
Untuk mengatasi tantangan ini, Lapchik menyarankan untuk menemukan keseimbangan antara mengakui nilai meme coin dalam menarik perhatian khalayak luas dan fokus pada substansi dan potensi mata uang kripto dan teknologi Web3 yang sebenarnya.
Jika meme coin terus mendominasi perhatian, hal itu dapat memberikan alasan bagi regulator untuk memberlakukan kontrol ketat, menghambat pertumbuhan ruang crypto.
“Kita harus tetap fokus pada nilai dan substansi yang ditawarkan oleh kripto dan Web3. Jadi, peliharalah meme coin, tetapi jangan perlakukan mereka seperti lelucon belaka,” pungkasnya. [ab]