Memindai Pelemahan Dolar AS Sejak Tahun 1985

Perjalanan mata uang dolar AS di lini kehidupan masyarakat telah menjadi perhatian utama karena hingga hari ini, masih menjadi mata uang dunia (global).

Mata uang ini masih menjadi acuan bisnis international yang perannya bisa dianggap sentral dan utama, yang tentu saja sentimen dari penerbitnya, Federal Reserve atau The Fed, menjadi acuan pergerakan pasar saham, valuta asing dan komoditas.

Dalam 37 tahun perjalanan, sejak 1985, dolar AS telah melalui berbagai peristiwa inflasi, krisis dan peningkatan yang terekam dalam beberapa peristiwa bersejarah di sektor ekonomi dan keuangan.

Namun, apakah dalam kurun waktu tersebut nilai dolar AS benar-benar bertumbuh? Atau justru melemah dibandingkan sebelumnya.

Performa Dolar AS Sejak 1985

Untuk melihat performa ini, kami menggunakan perhitungan data dari situs in2013dollars untuk melihat bagaimana mata uang ini menjalani tahun demi tahun hingga mendapatkan nilai terbarunya di tahun 2022 ini.

Pertama, kita akan melihat tingkat inflasi yang terjadi, di mana pada tahun 1985, dolar AS memiliki tingkat inflasi di 3,56 persen.

Sementara, tingkat inflasi tahun-ke-tahun saat ini (2021 hingga 2022) sekarang adalah 7,04 persen. Dan dalam kurun waktu 37 tahun, inflasi rata-rata yang dialaminya adalah 2,61 persen.

Berdasarkan grafik perhitungan di atas, nilai US$1 pada tahun 1985 bernilai sekitar US$2,59 di saat ini yang didapatkan dari penyesuaian inflasi yang terjadi.

Itu artinya, saat US$1 setara dengan US$2,59 dari waktu ke waktu, itu berarti bahwa nilai nyata (value) dari satu dolar AS telah menurun seiring waktu. Dengan kata lain, satu dolar akan membayar lebih sedikit barang di toko seiring waktu.

Misalkan, pada tahun 1985, US$1 mampu mendapatkan satu keranjang roti, maka di tahun ini mungkin hanya bisa mendapatkan dua buah roti saja (dengan jenis yang sama).

Fakta menarik ini telah menjelaskan bahwa, inflasi berhasil mengikis nilai mata uang tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun.

Dengan menghitung nilainya sejak 1985, grafik di atas menunjukkan bagaimana US$1 terus mengalami penyusutan nilai selama 37 tahun perjalanannya.

Terlihat sangat mencengangkan karena, tidak ada pergerakan pemulihan yang berarti di sana. Nilainya hanya bisa terus bergerak turun dan turun, menghilangkan daya beli jika menyimpan uang tersebut di bawah bantal saja. Bisa dikatakan, memiliki sejumlah dolar AS dalam jangka panjang adalah kekayaan yang semu.

Saat US$1 di tahun 1985 hanya bernilai US$2,59 di masa ini, yang artinya hanya meningkat sebesar US$1,59 (159 persen). Itu tentu sangat kalah jauh dibandingkan kenaikan harga properti dan barang lainnya.

Terlebih, kenaikan nilai dari kebutuhan pokok pun jauh melewati peningkatan nilai semu dari dolar AS, sebut saja susu, roti, telur, gas dan lainnya, yang secara persentase akan menjadi lebih mahal seiring waktu.

Meski terlihat sebagai mata uang yang hebat, ini tetaplah mata uang. Tidak dapat menjadi lebih berharga dibandingkan barang lainnya karena inflasi terus menggerogoti nilainya.

Perbandingan dengan Indeks S&P500

Dengan tingkat rata-rata inflasi yang cukup “mengerikan”, tingkat inflasi tahunan ini telah menghasilkan perbedaan harga keseluruhan sebesar 159,11% selama 37 tahun.

Tentu saja, ini akan jauh lebih baik jika uang US$1 Anda diinvestasikan pada salah satu indeks saham terbesar di AS, yakni S&P500.

Secara kertas, jika kita menginvestasikan US$1 di indeks S&P 500 pada tahun 1985, investasi ini akan bernilai US$63,48 pada tahun 2022, atau tumbuh sekitar 6.247,82 persen.

Jika dihitung berdasarkan pengaruh inflasi, pengembalian yang didapat pun masih akan besar, yakni sekitar US$24,50, atau tumbuh sekitar 2.349,86 persen.

Pada akhirnya, hanya menyimpan uang, atau berinvestasi di mata uang fiat tidaklah semenarik yang dibayangkan.

Saat Anda mengumpulkan lembaran uang dengan bersusah payah, akan ada inflasi yang selalu mengintai untuk menyusutkan nilai dari kepemilikan Anda. Ini nyata dan tidak bisa dielakan lagi keberadaannya.

Secara nilai, itu juga bisa dikatakan tidak bertumbuh sama sekali, sehingga berinvestasi di aset yang lebih besar APY-nya, terlebih dalam jangka panjang, adalah langkah yang perlu dipertimbangkan untuk diambil.

Entah itu, saham, kripto, indeks atau pun komoditas lain seperti emas, ini telah membuktikan performanya yang lebih apik ketimbang hanya di uang fiat saja. Investasi adalah solusi yang nyata untuk melawan inflasi. [st]

 

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait