Anda pasti sering mendengar kalimat ini: Bitcoin adalah instrumen investasi spekulatif, parahnya lalu disebut judi. Tapi, penuturan kata “spekulatif” haruslah lebih spesifik seraya menggunakan sejumlah pendekatan untuk menakar kekuatan fundamental Bitcoin. Fundamental itu setidaknya dapat dijadikan sebagai acuan pertumbuhan nilai Bitcoin berikutnya.
Sebelum kita mengikat diri kita ke aspek fundamental Bitcoin, kita bahas dulu soal tuturan “spekulatif” itu. Bagi pihak lain yang memahami hakikat dasar investasi atau setidaknya logika dasar kalimat tersebut, akan sedikit terkekeh. Makna kata spekulatif pada kalimat itu sebenarnya pada tataran umum, tidak menunjukkan makna khusus. Maksudnya apapun jenis investasi yang Anda jalani, semuanya bersifat spekulatif. Tetapi dalam tingkatan seperti apa? Kecil, sedang atau tinggi?
Investasi sektor properti misalnya adalah tindakan spekulatif. Tahun ini Anda bisa sebut nilai sepetak tanah Rp100 juta, tetapi apakah Anda bisa pastikan harga 3 tahun berikutnya bisa lebih tinggi, jikalau beberapa hari yang lalu Anda lihat wilayah di sekitar properti itu sudah mulai padat dan mudah banjir. Dalam tindakan spekulatif yang pasti kita lakukan adalah mengukur kemampuan pribadi kita, seraya mengacu pada nilai-nilai lampau, bahwa investasi properti selalu menjanjikan. Selebihnya kita tak tahu, terlebih-terlebih ada kemungkinan bencana alam berupa gempa bumi, misalnya. Hal sama dengan investasi emas tentu saja.
Toh, dalam hidup tidak pernah ada yang pasti. Satu yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Maka akan selalu ada spekulasi dalam segi hidup. Tetapi, sekali lagi, besaran derajatnya berapa? Apa acuan tindakan spekulatif itu? Dan apakah kita punya data yang sahih sebelum kita memutuskan untuk membeli dan berharap imbal hasilnya?
Fundamental atas Fundamental
Jikalau ada sering tersesat di belantara Bitcoin, Anda tak sendiri. Sebab, Bitcoin memang bersandar pada sistem yang kompleks, mulai dari ilmu matematika tingkat tinggi, kriptografi, ilmu komputer, ekonomi dan Game Theory. Satoshi Nakamoto memadukan itu, menghadirkan entitas yang benar-benar baru, yang kini kita sebut sebagai kelas aset baru: aset-kripto yang memiliki nilai.
Bitcoin sejak awal pun diletakkan berseberangan dengan uang fiat (dolar AS dan rekan sejawatnya) yang diterbitkan oleh pemerintah. Bitcoin pun memang dirancang untuk “melawan” sentralisasi keuangan, middleman, infinity of money dan inflasi. Pun, mengingat peranti lunak Bitcoin bersumber terbuka, memungkinkan banyak orang ikut serta mengembangkannya.
Lantas, ketika Anda sudah tahu bahwa Bitcoin adalah aset tak berwujud fisik (intangible), tetapi memiliki nilai, apa alasannya? Dalam buku Capitalism without Capital, Johnathan Haskel dan Stian Westlake berargumen bahwa kemampuan manusia untuk mengkuantifikasi objek yang intangible adalah kunci untuk memastikan ekonomi masa depan berfaedah bagi setiap orang. Keahlian ini tertaut erat dengan kerja-kerja pengetahuan (penelitian ilmiah dan pengembangan), kemampuan memahami, memaparkan dan membuat pola-pola manfaat baru.
Setidaknya argumen itu bisa kita jadikan sebagai asas argumen kita berikutnya, apa saja aspek fundamental Bitcoin itu. Ingat, ini tak berkorelasi langsung dengan nilai ataupun harga Bitcoin, tetapi iramanya berbanding lurus, bahwa ketika fundamental yang kokoh, nilai Bitcoin menaik.
Penelitian dan pengembangan
Penelitian dapat ditafsirkan sebagai bentuk perhatian dan minat pihak terhadap sebuah objek. Penelitian tentu saja didorong atas rasa ingin tahu dan melakukan prakiraan dampak terhadap sejumlah sektor.
Berdasarkan data dari Google Scholar, sejak tahun 2015-2019 ada sekitar 25.400 data yang terkait dengan kata kunci “bitcoin”. Untuk tahun 2019 saja, ada sekitar 8.350 data. Data itu dapat kita jadikan rujukan betapa perhatian dan minat peneliti terhadap Bitcoin semakin banyak jumlahnya, baik itu yang berkesimpulan miring dan sebaliknya. Data darii Google Scholar juga memungkinkan kita mendapatkan informasi berapa jumlah rujukan terhadap penelitian itu.
Selain dari Google Scholar kita bisa mengacu pada data dari Github. Dengan kata kunci “bitcoin” ada 32.128 repository dan terus bertambah, sebab Github adalah “rumah” bagi semua kode yang sudah atau hendak dikembangkan terhadap software Bitcoin. Untuk repository Bitcoin saja, selalu ada pemutakhiran data.
Bitcoin Network
Dalam hal ini, yang dijadikan acuan adalah besaran hash rate pada jaringan blockchain Bitcoin. Mati Greenspan, analis Senior dari eToro kerap menggunakan acuan ini untuk menggambarkan fenomena terkini Bitcoin termasuk untuk memprakirakan kenaikan harganya.
Hash rate terkait erat dengan proses penambangan (mining) di Blockchain Bitcoin, untuk menentukan kecepatan komputasi dalam menyelesaikan satu operasi perhitungan pada kode Bitcoin. Semakin tinggi hash rate pada proses penambangan, maka peluang untuk memvalidasi dan memverifikasi block transaksi berikutnya akan semakin besar pula.
Dengan kata lain, semakin besar hash rate, maka miner berpeluang lebih besar untuk mendapatkan imbalan Bitcoin yang baru. Hash rate juga bisa sebagai penanda semakin banyaknya jumlah miner yang berpartisipasi di Blockchain Bitcoin.
Perumpamaan sederhana lainnya adalah, ketika peminat Bitcoin semakin meningkat, karena harga sudah sangat murah, maka mendorong penambang untuk menyediakan suplainya ke pasar.
Lantas, apakah ada hubungan langsung antara hash rate ini dengan kenaikan harga Bitcoin? Jawabannya bisa ya, bisa pula tidak. Tetapi, setelah 15 Desember 2018 silam, ketika harga Bitcoin berada di kisaran US$3.100 ($43,7 juta), hash rate di Blockchain Bitcoin justru menunjukkan peningkatan. Pada 31 Desember 2018 misalnya, hash rate-nya mencapai 43,2 juta Tera Hash per detik.
Dibandingkan pada 15 Desember 2018, hash rate baru 41,8 juta Tera Hash per detik. Besaran hash rate itu terus naik hingga 24 Juni 2019, 65,1 juta Tera Hash per detik dengan harga Bitcoin menyentuh Rp158 juta. Kenaikannya hash rate-nya sekitar 55.7 persen. Besaran hash rate hari ini pun sudah melampaui hash rate pada 25 September 2018 (60 juta Tera Hash per detik).
Network Effect
Network Effect adalah teori yang dipopularkan oleh Robert Metcalfe (penemu Ethernet) pada tahun 1980-an di bidang jaringan elektronik. Kini lazim disebut sebagai Metcalfe’s Law, ia menegaskan perkembangan jaringan komputer atau perangkat lain yang bisa saling terhubung merepresentasikan nilai dari jaringan itu sendiri. Dampak komunikasi dari jaringan itu, katanya, adalah kuadrat dari jumlah node (simpul) pada jaringan itu sendiri. Misalnya di dalam jaringan elektronik ada 10 simpul (komputer, telepon, mesin faksimili), maka nilai inherennya adalah 100 (10×10).
Internet misalnya adalah contoh terbaik. Pada awalnya kemunculannya pengguna Internet tentulah sangat sedikit, termasuk ketika awal pengembangannya di internal militer Amerika Serikat dan sejumlah kecil peneliti lintas perguruan tinggi.
Tetapi, nilai kecil itu didistribusikan kepada publik, efeknya bisa Anda rasakan sekarang: Facebook, Twitter, eBay dan lain sebagainya, karena semakin banyak orang membuat konten, mengembangkan teknologinya dan lain sebagainya. Motifnya tunggal: ada manfaat sosial dan bisnis di dalamnya, tetapi ditegaskan oleh efek jaringannya yang tanpa batas lintas benua. Singkatnya Metcalfe’s Law adalah penakar kapasitas, dampak dan nilai sebuah jaringan.
Konsep itu kemudian diadopsi di ranah ekonomi, sehingga mampu menggambarkan fenomena eBay. Situs itu mungkin bukan cara yang keren untuk melakukan lelang, tetapi popularitasnya tak menurun dan menarik bagi banyak orang. Karena eBay punya resep khusus untuk mempertahankan itu, maka kekuatan jaringan kian memperkokoh eBay untuk menjawab persaingan. Secara singkat Metcalfe’s Law adalah pendekatan atau alat ukur terhadap kapasitas jaringan.
Kajian cukup serius soal Network Effect pada Bitcoin ditulis oleh Timothy Peterson Pendiri perusahaan Cane Island Alternative Advisors, LLC  pada tahun 2017 dalam  “Metcalfe’s Law as a Model for Bitcoin’s Value” di jurnal Alternative Investment Analyst Review. Ia menyimpulkan bahwa Bitcoin (besaran supply [yang terbatas] dan demand terhadap Bitcoin) sesuai dengan teori Metcalfe’s Law (khususnya sesuai dengan prinsip utamanya, yakni homogeneity of the transactions), di mana semakin banyak partisipan di dalamnya, akan terus meningkatkan nilai Bitcoin.
Sesungguhnya ada beragam pendekatan dan ukuran soal fundamental Bitcoin ini. Namun, cara terbaik adalah melihat langsung data hash rate di Blockchain Bitcoin. Sebab, itu mencerminkan seberapa banyak jumlah penambang Bitcoin yang didorong oleh pertumbuhan minat pasar. Jikalau Anda suka melihat fenomena unik kenaikan Bitcoin di tengah kelesuan ekonomi, Anda bisa membaca artikel kami ini. Silahkan bisa Anda gunakan sebagai pendekatan dan acuan. [red]