Bitcoin Halving dianggap sebagai penentu utama kenaikan harga Bitcoin (BTC), karena pasokannya menjadi terbatas. Bagaimana penambang Bitcoin mempertimbangkan soal Bitcoin Halving. Simak ya!
Alat Tambang Hemat Listrik
Bitcoin Halving akan mengurangi imbalan Bitcoin kepada para penambang dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC. Satu-satunya cara menghadapi ini adalah dengan membeli alat tambang baru tenaganya lebih wahid, tapi hemat listrik.
Biaya listrik yang disedot oleh alat tambang Bitcoin berdampak besar pada profitabilitas secara keseluruhan. Jika penambang mengeluarkan energi berlebih dan membayar biaya listrik lebih banyak daripada jumlah imbalan Bitcoin baru per block dan fee transaksi, maka mereka akan menemui kesulitan.
Dalam hal ini, penambang harus bisa membeli alat tambang yang kekuatannya lebih besar, sekaligus lebih hemat listrik dan tentu saja biaya listrik yang dikeluarkan harus lebih murah.
Mesin yang efisien seperti itu akan diperlukan untuk mengantisipasi Bitcoin Halving pada Mei 2020 nanti. Alat tambang Bitocoin seperti Antminer S9, misalnya tak akan kuat lagi. Sehingga perlu diganti alat tambang yang baru, seperti Antminer S17 yang lebih bertenaga lagi hemat listrik.
Alat tambang Bitcoin akan selalu haus listrik. Secara global, pada tahun 2019 saja, konsumsi listrik tambang Bitcoin secara global adalah 56 TWh per tahun. Angka itu sudah melebih konsumsi listrik Selandia Baru. Diperkirakan, tambang Bitcoin akan mengonsumsi listrik lebih dari 70 TWh per tahun pada tahun 2020.
Di Tiongkok misalnya biaya listrik per Kwh relatif murah. Pada masa-masa pasang naik Sungai Kuning, biaya listrik bisa mencapai 0,08 yuan (Rp158) per kilowat jam. Sedangkan energi listrik bertenaga panas bumi hanya 0,28 yuan (Rp555) per kilowat jam.
Patut dicatat bahwa pusat tambang Bitcoin ada di Tiongkok, dengan pangsa pasar mencapai 60 persen. Sekitar separuhnya berasal dari Provinsi Sichuan, Tiongkok.
Kurs Bitcoin terhadap dolar AS
Harga Bitcoin secara historis merespons dengan baik terhadap momen Bitcoin Halving ke-1 dan ke-2, masing-masing tahun 2012 dan tahun 2016. Harga Bitcoin naik setiap setelah tanggal Halving, rata-rata lebih dari 12 bulan.
Fakta lainnya para penambang yang mampu bertahan di tengah naik turunnya Bitcoin. Ini tercermin dari hash rate jaringan blockchain Bitcoin yang terus meningkat.
Namun, teori soal naiknya harga Bitcoin setelah Halving masih kontroversial dan sering diperdebatkan. Namun, secara arus utama, prediksinya tetap bullish.
Skenario Terburuk
Jika hash rate Bitcoin dan biaya listrik tetap sama seperti sebelumnya, kemungkinan tambang Bitcoin tidak akan menguntungkan, jika alat tambangnya masih model lama.
Tidak diragukan lagi bahwa Bitcoin Halving akan berdampak pada pasar. Dan meskipun kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi, jika permintaan terhadap Bitcoin tetap sama dan pasokannya langka, maka respons yang diharapkan adalah kenaikan harga. Seberapa tinggi? itu sulit diprediksi. [Cointelegraph/red]