Mengapa Asia Tenggara Lebih Ramah Crypto?

Meski basis crypto sejatinya adalah di wilayah AS dan sekitarnya, tetapi Asia Tenggara justru menjadi wilayah yang lebih ramah dengan crypto.

Investasi besar pada kapitalisasi pasar crypto saat ini memang masih didominasi oleh individu dan perusahaan di AS dan sekitarnya, tetapi negara di Asia Tenggara lebih ramah dalam adopsinya.

Asia Tenggara Lebih Ramah Crypto?

Forbes melaporkan, daya tarik crypto soal demokratis keuangan terlihat lebih menarik bagi negara-negara yang sebagian besar penduduknya kesulitan mendapatkan akses ke layanan perbankan.

Meski Tiongkok dan India telah mengambil tindak tegas terhadap crypto, namun negara Asia Tenggara yang lain tidak demikian. Itu karena 80 persen penduduk kedua negara ini memiliki rekening bank.

Sementara, di Vietnam, Indonesia dan Fililipina, masing-masing hanya ada 70 persen, 66 persen dan 44 persen penduduknya yang punya rekening di bank.

BACA JUGA  Balada Crypto AI 2023, Lunglai Sebelum Jadi Naga

Hal tersebut membuat regulator di masing-masing negara tidak mengambil langkah tegas dengan cepat seperti di India dan Tiongkok, karena akses crypto telah memberi manfaat tersendiri bagi mereka yang kesulitan mengakses layanan perbankan.

Diketahui, para regulator di negara Asia Tenggara tidak begitu mendewakan crypto dalam membantu penduduknya di sektor keuangan, tetapi juga juga tidak melihatnya sebagai ancaman.

Hal tersebut membuat crypto mampu membantu negara Asia Tenggara meningkatkan inklusi keuangan mereka.

Meski Vietnam lambat dalam mengadopsi regulasi kripto, tetapi penduduknya telah dizinkan untuk memiliki aset digital, namun tidak dapat menggunakannya sebagai alat pembayaran.

Namun, Chainalysis menemukan bahwa Vietnam telah mengalami perkembangan yang luar biasa dari sisi adopsi.

Dalam laporan Maret 2023 Chainalysis, diketahui ada hampir 17 persen dari 97 juta penduduk Vietnam yang telah memiliki kripto, dan Bitcoin adalah yang paling popular di sana.

BACA JUGA  MATIC dan LINK Hadapi Tantangan Pasar, BlockDAG Masih Unjuk Gigi

Bahkan, runtuhnya bursa kripto FTX pada bulan November 2022 diketahui tidak menggoyahkan kepercayaan penduduk Vietnam untuk tetap memegang aset kripto mereka. Adopsi lebih banyak sebagai investasi dibandingkan trading.

Kemungkinan, salah satu alasan di balik popularnya crypto di Vietnam adalah kegunaannya yang praktis.

Ada lebih dari 600.000 penduduk Vietnam yang bekerja di luar negeri dan telah mengirimkan uang senilai US$3-3,5 milyar setiap tahun.

Jika mereka menggunakan layanan perbankan tradisional, itu akan menarik biaya yang tinggi dan waktu kirim yang juga tidak sebentar.

Tetapi, jika mereka menggunakan crypto, biaya yang dibebankan akan jauh lebih murah dan dana akan sampai hanya dalam hitungan menit. [st]

 

 


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait