IKLAN

Mengapa Harga Bitcoin Turun Terus?

Harga Bitcoin tampak mulai kembali lesu mendekati ujung dari pekan terakhir di bulan Februari, salah satunya disebabkan oleh risalah The Fed.

Sebelumnya, harga sempat melesat pada hari Rabu lalu (15/2/2023), namun harga masih terus mengalami pantulan dari level US$25.000.

Itu menjadi sisi teknikal yang patut dijadikan sorotan, terlebih risalah bank sentral menunjukkan kenaikan suku bunga dapat berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebagian besar investor.

Penyebab Harga Bitcoin (BTC) Turun 

Berdasarkan laporan Cointelegraph, investor telah dibuat khawatir oleh tindakan keras regulasi terhadap industri kripto, seperti pelarangan penerbitan stablecoin BUSD besutan Paxos dan Binance, serta larangan layanan staking oleh bursa kripto di AS.

Hal tersebut mengarah pada terciptanya arus keluar sebesar US$32 juta dari pasar kripto, sementara larangan layanan staking membuat investor ciut. Kebijakan ini cukup kontroversial karena dinilai tak dapat melindungi investor.

BACA JUGA  Musim Dingin Kripto Diramalkan Segera Berakhir, Kapan?

““Jika bidang ini memiliki peluang untuk bertahan dan sukses, ini adalah aturan dan hukum yang telah teruji oleh waktu untuk melindungi publik yang berinvestasi. Jangan biarkan tangan Anda di saku pelanggan, menggunakan dana mereka untuk platform Anda sendiri,” ujar Ketua SEC AS, Gary Gensler.

Analis meyakini bahwa, kurangnya transparansi dan kejelasan dalam aturan dapat membebani pertumbuhan dan inovasi di industri kripto.

Suku Bunga dan Ekspektasi Ekonomi

Selain itu, harga Bitcoin bergerak kian rendah disebabkan oleh kenaikan data inflasi sebesar 0,5 persen, dan risalah bank sentral yang mengonfirmasi masih akan ada kenaikkan suku bunga selama dinilai itu perlu.

Bahkan, sebagian besar bank besar masih memperkirakan AS akan mengalami resesi tajam di beberapa titik di tahun 2023.

Sebelum pertemuan bank sentral, harga BTC sudah tampak lesu karena gagal menjadikan level US$25.000 sebagai support. Harga masih terpantul dari sana.

BACA JUGA  Harga Bitcoin Bisa Mencapai US$25.200, Ini Sinyalnya!

Coindesk melaporkan bahwa, pertemuan pertama FOMC menyarankan sentimen hawkish dan dovish. Jeda dalam siklus kenaikan suku bunga The Fed menjadi sorotan.

Pandangan yang lebih reda tercipta dari pertumbuhan permintaan konsumen yang menurun, sementara pandangan yang lebih kuat berasal dari kondisi keuangan AS yang telah mereda dalam beberapa bulan terakhir.

“Pasar sekarang mengantisipasi tidak hanya kenaikan 25 basis poin di bulan Mei, tetapi juga kemungkinan kenaikan bank sentral sebesar 50 basis poin di bulan Maret,” ungkap David Wilcox dari Bloomberg.

Secara sentimen, harga Bitcoin tampak masih kekurangan bahan bakar untuk menembus US$25.000. Sehingga, koreksi kemungkinan akan menjadi apa yang diantisipasi oleh para investor. Mari kita saksikan. [st]

 


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait