Teknologi Inter Planetary File System (IPFS) berkembang seiring semakin baiknya mutu dan adopsi teknologi blockchain di tingkatan bisnis dan sejumlah sektor industri. Menggunakan IPFS memungkinkan data didistribusikan ke lintas simpul (node) di dalam jaringan. Dengan menggunakan IPFS, data lebih terjamin aman dibandingkan dengan penyimpanan dan distribusi data yang sentralistik.
OLEH: Tim IPSE
Pada 29 Juli 2019 lalu Global Blockchain Investment Summit (GBIS), yang digelar oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN), bersama Global Blockchain Investment Alliance, Hong Kong Blockchain Association dan Blockchain Innovation and Education Centre (BCEE), diselenggarakan di Jakarta.
Pertemuan blockchain lintas negara selama dua hari itu memaparkan banyak hal tentang transformasi ekonomi digital Indonesia, di mana blockchain dianggap sebagai teknologi yang amat menjanjikan dalam konsep distributed commerce dan distributed search. Dalam skema seperti ini, perdagangan daring (online) harus memberikan keadilan bagi konsumen, bukan sebaliknya. Dalam satu ekologi yang utuh dan lebih berdaya guna secara bisnis, distributed commerce harus mampu memadukan tiga hal, yakni distributed storage, distributed search dan distributed e-commerce. Konsumen dalam hal ini harus mendapatkan imbalan (reward) atas data yang dimilikinya.
Dengan era Internet akan memasuki fase yang lebih tinggi dan kemunculan serta pengembangan teknologi 5G dan kecerdasan buatan, ekonomi digital akan memasuki era ledakan data yang lebih nyata.
Berdasarkan hasil penelitian IDC, pada tahun 2018 misalnya, Amerika Serikat menghasilkan data sekitar lebih dari 6,9 ZB (1 ZB [zettabyte] setara dengan satu triliun GB). Dibandingkan Tiongkok mencapai 7.6 ZB.
Pada tahun 2025, Amerika Serikat diperkirakan akan memproduksi data mencapai 30,6 ZB, dibandingkan dengan 48,6Z di Tiongkok. Jumlah total data dunia akan tumbuh dari 33 ZB pada 2018 menjadi 175 ZB pada 2025, dengan CAGR mencapai 61 persen.
“Ketika sumber daya Internet terus meningkat berlipat-lipat, kelemahan Protokol Http secara bertahap muncul, yakni irrecoverability, keamanan yang rendah, biaya perawatan yang semakin tinggi dan kepemilikan data informasi yang tidak jelas. Inilah yang kelak menghambat perkembangan ekonomi digital. Di sinilah teknologi IPFS berperan,” kata Edwin, CEO Kanto Smart Technology di sela-sela acara Global Blockchain Investment Summit (GBIS).
Teknologi IPFS berupa adalah jaringan khusus agar konten di Internet dapat didistribusikan secara peer-to-peer. Dalam hal ini, semua peran node (simpul) setara untuk menyimpan dan memverifikasi data. IPFS juga sangat kompatibel dengan semua format file digital yang ada saat ini, mulai dari gambar, stream video, database, termasuk sistem operasi.
Dalam IPFS, sekumpulan file akan disimpan dalam blok. Setiap simpul akan menyimpan sebagian file termasuk data unik (finger print) setiap file. Ini bermanfaat agar memudahkan pengguna lain untuk membaca file.
Serupa dengan teknologi peer-to-peer pada BitTorrent, pengguna dapat mengunduh banyak file secara bersamaan dari ratusan server yang berbeda. Cara ini akan menghemat bandwidth (lajur data Internet) dan biaya akses data.
Dalam proses ini, ditempatkanlah sistem imbalan (reward) berupa Filecoin. Kripto ini diberikan kepada pengguna atas jasanya menyediakan ruang penyimpanan file di komputernya.
Tingkat keamanan data yang lebih tinggi di IPFS dimungkinkan, karena data “dipotong-potong” dalam satuan kecil, dienkripsi dan disebarkan ke simpul jaringan. Karena menerapakan sistem peer-to-peer, ketika satu node (simpul berupa komputer server) padam, maka data yang diunduh disediakan oleh sejumlah simpul lainnya yang aktif.
Mengandalkan sistem IPFS kelak lebih memberdayakan proses distributed commerce, memungkinkan transmisi data berkecepatan tinggi dan meningkatkan kompatibilitas jaringan. Selain itu koordinasi tugas dalam konteks bisnis menjadi lebih mudah. [*]Â