Ada beragam cara perusahaan dan organisasi untuk menekan dampak emisi karbon untuk menyelamatkan Bumi. Salah satunya adalah proyek kripto Talaxeum yang selain memiliki proyek lingkungan hidup sendiri, juga memfasilitasi proyek serupa lewat pengayaan NFT (non-fungible token). Kripto Talaxeum (TALAX) memegang peran penting untuk komponen nilai antar penggunanya.
“Talaxeum adalah proyek kripto yang fokus pada upaya menekan laju emisi karbon yang saat ini semakin mengkhawatirkan, karena berdampak pada kenaikan suhu Bumi dan perubahan iklim dan berdampak negatif terhadap lingkungan hidup. Kami merasa harus mengambil peran penting dalam gerakan itu melalui proyek kripto Talaxeum, di mana token TALAX diterbitkan menggunakan blockchain Binance Smart Chain (BSC). Selain kami memiliki proyek lingkungan hidup, kami juga mendukung proyek serupa yang bergabung di Talaxeum agar visi dan misi dapat lebih terpadu,” ujar Hans Sutanto CEO Talaxeum dalam keterangannya, Selasa (21/6/2022) melalui e-mail.
World Economic Forum (WEF), melalui “The Global Risk Report 2022″ menegaskan, ada 10 potensi risiko global yang siap menghampiri dalam rentang waktu 10 tahun ke depan. Lima di antaranya adalah yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup.
Menurut Hans, fakta itu cukup menyadarkan kita semua bahwa kepedulian manusia terhadap bumi atau lingkungan hidup akan sangat memengaruhi kelangsungan hidup anak cucu kita semua di kemudian hari.
Melihat kondisi yang sudah sangat mengkhawatirkan tersebut, sejumlah negara melalui KTT COP26, telah sepakat untuk menggelontorkan dana sekitar US$130 untuk mendanai beragam upaya untuk mengurangi emisi karbon berskala global.
“Dunia telah sadar mengenai dampak lingkungan yang saat ini telah terjadi. Dan dunia pun telah berkomitmen untuk berusaha memperbaiki dampak lingkungan yang sudah sangat masif terjadi. Oleh karena itu hadirlah sebuah solusi untuk mendukung usaha pengurangan emisi karbon yang melibatkan berbagai macam komunitas, seperi komunitas kripto, bisnis, seniman dan komunitas pegiat lingkungan melalui teknologi blockchain dengan nama Talaxeum,” ujar Hans.
Hans menambahkan Talaxeum adalah “Green DeFi Utility Token” karya Anak Bangsa, yang akan berfungsi untuk mendukung proyek-proyek dari industri riil agar beralih dan berkontribusi dalam usaha pengurangan emisi karbon.
“Proyek-proyek itu nantinya akan diakomodir dalam sebuah platform yang disebut Talaverse. Itu merupakan NFT’s Marketplace Platform yang akan mengakomodir proyek-proyek berbasis “green” agar bisa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dengan menggunakan NFT sebagai aset token dukungan terhadap proyek-proyek itu,” pungkasnya.
Talaverse pun diklaim akan menjadi evolusi dari NFT marketplace pada umumnya, karena NFT yang diterbitkan tidak hanya memiliki nilai jual secara estetik, tapi juga memiliki nilai secara ekonomi. Pasalnya pendukung yang membeli NFT tersebut tidak hanya berhak atas hak kepemilikan atas token itu saja, tapi juga berhak atas hal imbalan atas dukungan yang telah diberikan terhadap proyek-proyek menyelamatkan lingkungan hidup.
“Kami yakin Talaxeum, dengan komitmen seluruh pelaku bisnis dalam skala global untuk bergerak bersama mengurangi emisi karbon, ditambah besarnya keinginan masyarakat secara luas untuk mendukung dan berkontribusi,” tutup Hans. [ril]