Meskipun sering kali dipandang sebagai pemimpin dalam industri Bitcoin mining, dominasi Tiongkok sebenarnya tidak sepenuhnya absolut.
Sementara negara ini menguasai sekitar 55 persen dari total hashrate global, penting untuk memahami bahwa kekuatan ini terbagi di antara beberapa pemain dalam ekosistem yang lebih besar, termasuk miner dari negara lain, seperti Amerika Serikat.
Mitos Dominasi Absolut Bitcoin Mining oleh Tiongkok
Menurut Tim Redaksi The Miner Mag, Tiongkok memang memiliki sebagian besar hashrate Bitcoin secara global, namun banyak dari penambang yang terlibat dalam ekosistem ini sebenarnya beroperasi dalam pool penambangan yang mencakup miner dari berbagai negara.
Misalnya, pool penambangan besar seperti Antpool dan F2pool, meskipun berpusat di Tiongkok, mengakumulasi hashrate dari berbagai lokasi di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.
Data menunjukkan bahwa pool penambangan dari AS, seperti Foundry USA Pool dan MARA Pool, kini menyumbang hashrate yang signifikan.
Pada Januari 2022, pool penambangan ini berhasil menambang 18 persen dari semua block Bitcoin, dan angka ini meningkat menjadi 33,6 persen pada Agustus 2024.
Dengan lebih dari 40 persen hashrate dipegang oleh pool di AS, perdebatan mengenai dominasi ini menjadi semakin kompleks.
Sebagian besar analisis yang mengklaim dominasi Tiongkok sering kali mengabaikan aspek kolaboratif dalam penambangan Bitcoin.
Meskipun beberapa laporan menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki kontrol yang lebih besar atas hashrate, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kekuatan penambangan Bitcoin sebenarnya terdistribusi secara lebih merata di antara berbagai negara dan pool.
Misalnya, BitFuFu—proxy Bitcoin mining milik Bitmain—mengoperasikan hampir 30 EH/s dari total hashrate. Karena Bitmain juga memiliki Antpool, kemungkinan besar sebagian besar hashrate BitFuFu terhubung ke Antpool, yang berarti hampir 20 persen dari total hashrate Antpool sendiri berasal dari BitFuFu.
Berdasarkan laporan tahunan BitFuFu, hashrate yang mereka kelola tersebar di berbagai negara, dengan sebagian besar berada di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa hashrate aslinya “relatif kecil” dan tidak sepenuhnya berbasis di Asia, terlebih di Tiongkok.
Ini menciptakan gambaran yang lebih nuansa dan mengurangi klaim bahwa Tiongkok memiliki kendali tunggal atas jaringan Bitcoin.
Kembali ke Asas, Apa Itu Hashrate Bitcoin?
Hashrate Bitcoin adalah ukuran kekuatan pemrosesan blockchain Bitcoin dalam menambang atau memverifikasi transaksi. Secara sederhana, semakin tinggi hashrate, maka semakin kuat dan aman jaringan Bitcoin.
Hashrate menunjukkan seberapa banyak perhitungan yang bisa dilakukan perangkat keras penambang (biasanya berupa ASIC) dalam hitungan detik. Setiap kali penambang mencoba memecahkan “teka-teki matematika” yang diperlukan untuk menambang block baru, ia menggunakan kekuatan pemrosesan ini. Semakin cepat mereka melakukan perhitungan, semakin besar peluang mereka untuk mendapatkan reward berupa Bitcoin.
Untuk memudahkan pemahaman, bayangkan sebuah perlombaan di mana banyak orang berusaha menyelesaikan sebuah teka-teki secepat mungkin. Setiap orang di perlombaan tersebut memiliki kecepatan berpikir yang berbeda-beda. Orang yang memiliki otak yang lebih cepat akan lebih sering menyelesaikan teka-teki dan mendapatkan hadiah. Hashrate adalah ukuran kecepatan berpikir dalam perlombaan ini. Semakin banyak orang yang ikut serta dan semakin cepat mereka berpikir, semakin sulit teka-teki yang diberikan, sehingga menjaga keseimbangan dan keamanan perlombaan tersebut.
Begitu pula dengan Bitcoin, semakin banyak penambang yang berpartisipasi, jaringan akan menyesuaikan kesulitan teka-teki, sehingga hanya penambang dengan hashrate tinggi yang memiliki peluang besar untuk memenangkan Bitcoin. Ini membuat jaringan Bitcoin tetap aman, karena sulit bagi pihak yang berniat jahat untuk menguasai mayoritas kekuatan pemrosesan jaringan dan menghindari terjadinya 51 percent attack.
Dinamika Persaingan: Tiongkok vs. Amerika Serikat
Persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam Bitcoin mining adalah contoh yang jelas mengenai bagaimana dominasi tidak terikat pada satu entitas tunggal. AS, dengan dukungan dari institusi besar dan penambang kecil, mulai memperkuat posisinya dalam sektor ini.
Dukungan politik terhadap industri kripto di AS, terutama dari tokoh-tokoh politik seperti Kamala Harris, menunjukkan bahwa ada niat untuk menciptakan lingkungan yang mungkin lebih kondusif bagi pertumbuhan Bitcoin mining.
Sementara itu, dengan semakin banyak perusahaan besar seperti MicroStrategy berinvestasi dalam Bitcoin, jelas bahwa AS tidak akan tinggal diam dalam menghadapi dominasi Tiongkok. Hal ini menciptakan tekanan bagi Tiongkok untuk tetap inovatif dan mempertahankan posisinya di pasar.
Meskipun pool yang berbasis di Tiongkok masih memegang sebagian besar hashrate, faktor-faktor seperti regulasi, dukungan politik, dan inovasi teknologi di AS dapat membentuk kembali mengubah dominasi dalam industri Bitcoin mining.
Potensi Dominasi Bhutan Saingi AS dan Tiongkok
Sementara Tiongkok dan Amerika Serikat terlibat dalam persaingan yang ketat, Bhutan juga mulai menunjukkan potensi sebagai pemain baru dalam industri Bitcoin mining.
Dilansir dari Bloomberg News, negara kecil di pegunungan Himalaya yang satu ini berencana untuk memperluas operasi penambangan Bitcoin-nya lima kali lipat setelah halving.
Dengan kapasitas yang akan meningkat dari 100 megawatt menjadi 600 megawatt, Bhutan berupaya untuk memanfaatkan cadangan energi hidro terbarukan yang melimpah.
Investasi yang dilakukan oleh Bhutan melalui dana kekayaan negara, Druk Holding & Investments, menunjukkan bahwa negara ini berkomitmen untuk menjadi bagian dari ekosistem Bitcoin.
Saat ini, Bhutan sudah berhasil menambang sekitar 13.000 Bitcoin atau sekitar US$860 juta apabila dikonversikan, negara ini mengadopsi pendekatan yang menggabungkan peluang komersial dan mitigasi krisis.
Jika Bhutan berhasil membangun kapasitas penambangan yang kuat, negara ini berpotensi untuk muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia Bitcoin mining dan mungkin dapat bersaing dengan AS dan Tiongkok.
Era Baru: Jaringan Bitcoin Mining yang Lebih Terdistribusi
Secara keseluruhan, saat kita melihat lanskap Bitcoin mining, penting untuk menyadari bahwa dominasi saat ini tidak lagi bersifat absolut.
Tiongkok mungkin masih memegang sebagian besar hashrate, tetapi kontribusi dari berbagai negara, termasuk AS dan Bhutan, menunjukkan bahwa kekuatan dalam industri ini terdistribusi lebih luas.
Dengan perkembangan politik dan inovasi teknologi yang terjadi, masa depan Bitcoin mining akan semakin beragam, memberikan peluang bagi lebih banyak negara untuk terlibat dan berkontribusi bagi masa depan Bitcoin yang lebih baik. [dp]