IKLAN

Menteri Keuangan AS Bela Dominasi Dolar Lagi

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, membela dominasi dolar AS di tengah upaya yang meningkat dari negara-negara berkembang untuk melakukan dedolarisasi.

Pernyataan tegas Menteri Keuangan AS tersebut disampaikan sebagai tanggapan atas isu dedolarisasi dalam pertemuan BRICS, khususnya oleh Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva.

“Ada alasan yang sangat baik mengapa dolar digunakan secara luas dalam perdagangan,” kata Yellen, seperti dikutip News Bitcoin dalam artikel, belum lama ini.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, menyatakan pembelaan atas dominasi global dolar AS pada hari Jumat dalam konferensi pers di Paris.

Dalam momen itu, Yellen menghadiri pertemuan puncak keuangan global yang diselenggarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, yang juga menghadiri pertemuan tersebut, tampil dalam panel dengan Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.

BACA JUGA  Tiongkok Akan Berbagi Yuan Digital Lagi, Setara Rp89 Milyar

Lula mengulangi ajakannya agar negara-negara meninggalkan dolar AS dan berdagang dengan menggunakan mata uang nasional mereka sendiri atau alternatif lainnya.

Menurut pemimpin Brasil, penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional membuat negara-negara seperti Brasil menjadi kurang menguntungkan.

Gayung bersambut, Ramaphosa menanggapi ajakan Lula untuk de-dolarisasi dengan mengatakan bahwa masalah mata uang akan menjadi pokok bahasan dalam pertemuan BRICS yang akan datang, yang akan diadakan oleh Afrika Selatan pada bulan Agustus, seperti yang dilaporkan oleh Financial Times.

Patut diketahui aliansi negara-negara BRICS terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Sulit Temukan Alternatif Dolar AS

Namun, Yellen bersikeras bahwa akan sulit bagi negara-negara untuk menemukan alternatif yang layak untuk dolar AS yang telah mendominasi perdagangan global selama beberapa dekade.

“Ada alasan yang sangat baik mengapa dolar digunakan secara luas dalam perdagangan, yaitu karena kita memiliki pasar modal yang dalam, likuid, terbuka, aturan hukum, serta instrumen keuangan yang panjang dan dalam,” ujar Menteri Keuangan AS tersebut.

BACA JUGA  Takut Regulasi, Investor Crypto Institusi Undur Diri?

Meskipun membela dolar AS, Yellen mengakui pada bulan April bahwa seiring waktu, penggunaan sanksi keuangan dapat menggoyahkan hegemoni dolar AS.

Dia juga mengatakan pada awal bulan ini bahwa tren negara-negara yang mencari untuk membentuk mata uang cadangan alternatif yang sejajar dengan dolar AS adalah sesuatu yang harus diantisipasi.

Selain itu, dia menekankan bahwa tidak ada negara yang mampu menandingi USD, termasuk Tiongkok.

Sementara itu, semakin banyak negara berkembang yang meningkatkan upaya dedolarisasi, termasuk anggota blok ekonomi BRICS dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). [ab]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait